Kita Perlukan Kepemimpinan Ekonomi

Posted by Admin on Wednesday, 8 April 2009 | Opini

Oleh Sayidiman Suryohadiprojo

Jakarta, 8 April 2009

Dalam harian Seputar Indonesia tanggal 6 April 2009 ada tulisan seorang pengamat ekonomi, Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo, yang mengutarakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia tidak seburuk yang sering dikemukakan orang. Ia mengatakan bahwa pendapatan berbagai perusahaan besar di Bura Efek Indonesia (BEI) yang tergabung dalam 45 saham terlikuid (LQ45) tumbuh rata-rata 33 persen. Bahkan pendapatan 19 perusahaan besar di LQ45 meningkat di atas 30 persen. Ia juga mengatakan bahwa Unilever Indonesia, bagian dari perusahaan multinasional Unilever, tumbuh dengan 22 persen. Pertumbuhan Unilever Indonesia itu merupakan tertinggi di lingkungan Unilever di seluruh dunia yang tumbuh dengan 7 persen. Padahal pertumbuhan Unilever Indonesia masih jauh di bawah pertumbuhan 19 perusahaan besar di LQ45 yang di atas 30 persen. Hal itu menunjukkan bahwa pasar Indonesia mempunyai potensi yang tidak boleh diremehkan.

Memperhatikan keadaan itu saya sebagai seorang yang bukan pakar ekonomi berpendapat bahwa sebenarnya ekonomi Indonesia tidak selemah yang sering dikemukakan orang. Juga dapat kita melihat bahwa cukup banyak Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang tidak terlalu terpukul oleh Krisis Ekonomi. Itu berarti bahwa vitalitas masyarakat Indonesia dalam ekonomi masih dapat diandalkan.

Maka dapat dikatakan bahwa yang diperlukan adalah Kepemimpinan dalam bidang Ekonomi yang dapat memanfaatkan Krisis ini sebagai peluang, dan tidak hanya melihatnya dari sudut banyaknya kesulitan yang timbul. Adalah jelas bahwa jumlah penduduk Indonesia yang mendekati 240 juta orang dapat menjadi pasar yang bagus bagi hasil produksi Indonesia. Yang penting adalah bagaimana mengatur dan mengurus ekonomi sehingga dapat memanfaatkan potensi paar itu. Bahwa soal penduduk erat hubungannya dengan perkembangan ekonomi dapat kita lihat bahwa sekarang negara seperti Singapore yang selalu membanggakan pertumbuhan ekonominya, sekarang menghadapi justru pertumbuhan ekonomi yang negatif.

Sebenarnya sekitar 5 tahun yang lalu sudah saya kemukakan bahwa yang kita perlukan di Indonesia adalah satu Kepemimpinan Ekonomi yang tidak hanya merupakan orang yang cerdas dan menguasai teori ekonomi, tetapi juga cakap mengimplementasikan kecerdasan dan penguasaan ilmu ekonominya untuk menjadikan berbagai potensi yang kita miliki berubah menjadi kekuatan ekonomi yang nyata. Ternyata dalam 5 tahun itu belum terjadi satu perkembangan yang membanggakan dalam Kepemimpinan Ekonomi itu. Tidak dapat dimungkiri bahwa kita mempunyai banyak pakar ekonomi yang cerdas, tetapi sayangnya mereka tidak mampu menggunakan kecerdasan itu untuk mengembangkan kepemimpinan.

Di sinilah terletak perbedaan kita dengan negara seperti China umpamanya. Sejak Deng Xiaoping mengubah haluan negara dan bangsanya dari gerak yang terlalu mementingkan ideologi di masa kepemimpinan Mao Zedong, menjadi gerak yang mengusahakan agar China menjadi negara yang maju dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan ekonomi melalui satu reformasi yang berani, maka kita sudah melihat betapa kepemimpinan merupakan faktor yang amat jelas. China telah berhasil memanfaatkan kondisi bangsanya dengan penduduk 1.200 juta orang untuk menciptakan perkembangan yang amat mentajubkan seluruh dunia. Penunjukan Zhu Rongji oleh Deng Xiaoping untuk memberikan arah baru kepada perkembangan ekonomi China benar-benar berhasil menggerakkan kreativitas dan initiatif banyak orang China.

Kemampuan kepemimpinan di China untuk menarik bangsa lain membuka produksi di China dengan memanfaatkan iming-iming pasar yang luas telah berhasil meningkatkan ekonomi China sejak tahun 1979. Kita melihat bahwa masuknya investasi bangsa lain di China dalam berbagai cabang produksi tidak hanya menguntungkan investor asing belaka, melainkan telah mengembangkan peningkatan kemampuan produksi China yang semula tidak dipunyai. Dengan kata lain, bergeraknya begitu banyak investor asing di China tidak menghalangi China untuk tetap menjadi tuan di rumahnya sendiri.

Meskipun jumlah penduduk Indonesia tidak sebesar China, tetapi toh merupakan keadaan yang cukup signifikan kalau dimanfaatkan secara kreatif. Dan potensi Indonesia tidak hanya dalam jumlah penduduk. Potensi Indonesia dalam Sumbar Daya Alam juga tidak kurang pentingnya. Selain itu potensi yang tersimpul dalam kondisi geografi pun dapat menyumbang kepada perkembangan negara dan bangsa. Mengenai penduduk, tidak hanya jumlah yang menarik, tetapi juga kenyataan bahwa manusia Indonesia umumnya cukup cerdas dan prigel. Memang ada kelemahan bahwa orang Indonesia cenderung lekas puas sehingga bekerja sembarangan, hal mana memerlukan pengawasan yang teliti dan tegas.

Mungkin sekali kurang berkembangnya Kepemimpinan Ekonomi di Indonesia adalah terletak pada faktor dan sifat Personalitas yang kurang Percaya Diri. Adalah kenyataan bahwa masa penjajahan telah menimbulkan kompleks atau rasa inferioritas yang cukup luas yang dalam masa 63 tahun menjadi bangsa merdeka belum kunjung hilang. Antara lain tampak dalam sikap yang cenderung menganggap segala sesuatu yang datang dari luar negeri selalu lebih superior dan lebih bermutu dari pada yang ada atau dimiliki bangsa Indonesia sendiri. Andai kata kompleks inferior itu memperoleh kompensasi dalam sikap dan usaha yang tidak mau kalah dalam bidang apa pun dari pihak luar, sebagaimana terjadi di Jepang yang juga cenderung mempunyai rasa kecil terhadap dunia Barat, kita masih mendapat manfaat yang amat penting. Akan tetapi kompleks inferior di Indonesia cenderung menimbulkan sikap menyerah atau inaction. Karena hal demikian juga meliputi kalangan yang terpelajar, maka di situ sebabnya mengapa segala kecerdasan dan kepakaran dalam bidang ekonomi tidak kunjung menghasilkan Kepemimpinan Ekonomi.

Kalau hal demikian dapat kita atasi, maka baru Otonomi Daerah dapat membawa perkembangan yang kuat untuk memajukan negara dan bangsa. Sebab hampir setiap bagian Indonesia mengandung potensi ekonomi yang besar. Maka kalau baik di Pusat maupun di Daerah Kepemimpinan Ekonomi berkembang, sebagaimana sekarang kita lihat di China, maka baru berbagai potensi bangsa kita akan berkembang menjadi kekuatan nyata.

Sebenarnya di Indonesia ada orang-orang yang berhasil mengembangkan Kepemimpinan Ekonomi yang bermanfaat. Pertumbuhan perusahaan besar yang 19 seperti tersebut di atas serta perkembangan UKM menjadi bukti adanya Kepemimpinan itu. Soalnya adalah bahwa kemampuan Kepemimpinan itu tidak terdapat pada Manajemen Nasional sehingga tidak berdampak pada perkembangan bangsa. Malahan yang berhasil ini justru dihambat dan dirugikan dalam berbagai hal oleh Manajemen Nasional yang kurang mampu mengembangkan kepemimpinan.

Dapat dilihat bahwa hal semcam itu juga dihadapi China sebelum perkembangannya yang fenomenal. Baru sejak kepemimpinan yang dilakukan Zhu Rongji maka dapat dilihat betapa kemudian berkembang kepemimpinan ekonomi yang bermanfaat. Maka kita pun memerlukan terwujudnya Kepemimpinan Ekonomi yang berani, kreatif dan percaya diri pada tingkat Manajemen Nasional agar dapat meluasd kepemimpinan ekonomi yang benar-benar dapat mengembangkan berbagai potensi bangsa. Pertanyaannya adalah apakah Manajemen Nasional yang terbentuk setelah 2009 dapat menghasilkan Kepemimpinan Ekonomi yang kita perlukan itu.

RSS feed | Trackback URI

Comments »

No comments yet.

Name (required)
E-mail (required - never shown publicly)
URI
Your Comment (smaller size | larger size)
You may use <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong> in your comment.

Trackback responses to this post