Oleh Sayidiman Suryohadiprojo (Mantan Gubernur Lemhanas, WAKASAD dan Dubes RI untuk Jepang) – ( Sabtu, 10 Des 2016 – 07:43:10 WIB ) di Rubrik TSKita Kelemahan dalam Pembangunan Bangsa Tidak jarang orang bertanya mengapa Indonesia dengan potensinya yang cukup besar bisa tertinggal dari negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara. Pertanyaan ini diajukan oleh orang-orang luar negeri yang besar minatnya kepada Indonesia, tetapi juga oleh orang Indonesia sendiri khususnya para Pejuang Kemerdekaan yang telah memberikan pengabdian dalam mewujudkan Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat , lepas dari penjajahan Belanda yang panjang. Yang bertanya itu mengetahui bahwa Indonesia dikaruniai Tuhan dengan potensi aneka ragam dan dalam jumlah atau ukuran besar dengan nilai tinggi. Seperti Sumberdaya Alam dalam bentuk Tanah yang luas dan subur di semua pulaunya, khususnya pulau-pulau besar seperti Sumatra-Jawa-Kalimantan-Sulawesi-Papua. Tanah subur itu memungkinkan melaksanakan Pertanian dan Perkebunan untuk menghasilkan aneka read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo (Mantan Gubernur Lemhanas, Wakasad dan Dubes RI Untuk Jepang) – ( Senin, 05 Des 2016 – 19:29:25 WIB ) di Rubrik TSKita Kesetiaan Nilai Luhur dalam Kehidupan Sekarang sering terdengar ada kelompok-kelompok orang berkumpul dan menyatakan Kesetiaan kepada NKRI. Adanya fenomena ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat timbul kekhawatiran tentang berkurangnya atau merosotnya Kesetiaan kepada Negara dan Bangsa Indonesia. Dan perkembangan demikian dinilai bertentangan dengan kehidupan bangsa yang wajar. Memang dalam kehidupan manusia faktor kesetiaan dianggap penting. Tidak saja dalam masyarakat yang bertitiktik berat kebersamaan seperti dalam masyarakat Indonesia yang berdasar Pancasila, tetapi juga di masyarakat AS dan Barat umumnya yang kehidupannya dilandasi Individualisme dan Liberalisme. Setia kepada kelompok seperti keluarga, lingkungan sekolah, perkumpulan sosial, adalah keharusan yang harus diperhatikan dan dilaksanakan setiap orang. Orang yang kurang setia kepada lingkungannya, read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo (Mantan Gubernur Lemhanas, WAKASAD dan Dubes Jepang) – ( Senin, 28 Nov 2016 – 05:20:21 WIB ) di Rubrik TSKita Cara Perang Neocortex (Neocortical Warfare) adalah cara perang tanpa penggunaan kekerasan. Jadi menyimpang dari definisi perang yang diberikan Von Clausewitz, yaitu Perang adalah tindakan kekerasan untuk memaksa musuh tunduk kepada kehendak kita. Lebih sesuai dengan pernyataan Sun Tzu , yaitu panglima perang yang unggul adalah ia yang dapat menundukkan musuhnya tanpa menggunakan pertempuran. Berkembangnya pemikiran ini dipicu oleh kemajuan Iptek, khususnya dalam biologi dan psikologi. Orang berpikir bahwa inti Perang adalah menundukkan kehendak musuh sehingga mau mengikuti kehendak penyerang, tidak melawan atau mempersulit keinginannya. Untuk menundukkan kehendak musuh yang penting adalah menundukkan kehendak pemimpin musuh tanpa harus berperang secara nyata. Kalau pemimpin mau tunduk, ia tidak akan membawa pengikutnya untuk melawan penyerang. Bahkan ia akan mengikuti kehendak read more .....
Oleh Letjen (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo (Mantan Gubernur Lemhanas, WAKSAD dan Dubes RI Untuk Jepang) – ( Minggu, 27 Nov 2016 – 13:33:35 WIB ) di Rubrik TSKita Tantangan dan Ancaman Bangsa Indonesia dan NKRI sedang menghadapi berbagai tantangan dan ancaman yang tidak sedikit dan tidak sederhana. Di bidang geo-politik saja perlu disebut tiga tantangan yang memerlukan perhatian serieus. Pertama adalah ambisi China untuk menguasai Laut China Selatan yang berakibat keperluan mengontrol Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kedua adalah kegiatan modal besar AS untuk menjamin penguasaannya atas hasil tambang Papua, khususnya dengan perusahaan Freeport. Hal ini lebih terjamin bagi mereka kalau Papua lepas dari NKRI. Ketiga, usaha ISIS meluaskan operasinya di Indonesia dengan memanfaatkan umat Islam Indonesia, apalagi mereka makin terdesak di Suriah. Untuk menghadapi dan mengatasi tiga masalah ini bangsa Indonesia dan NKRI sangat tergantung pada kemampuannya mengembangkan Ketahanan Nasional secara efektif dan nyata. Dalam read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo Latar Belakang Dunia dan khususnya Asia Timur sedang menghadapi masalah Laut China Selatan yang pelik dan gawat. Tindakan yang salah akan memicu pertikaian besar yang amat membahayakan perdamaian dunia. Latar belakang Masalah Laut China Selatan (LCS) yang pertama harus disebut adalah kekayaan yang dikandung lautan itu . Diperkirakan bahwa dasar LCS mengandung kekayaan minyak sebesar 90 billion barrel dan gas alam sebanyak 110 trilyun cubic feet. Di samping itu, LCS mengandung kekayaan ikan yang besar dan karena letak geografisnya yang strategis, LCS setiap tahun dilalui gerak dagang yang dinilai sebesar 5,3 trilyun dollar AS. Memperhatikan potensi LCS yang sekaya itu dengan sendirinya negara-negara yang mempunyai pantai di LCS menjaga agar dapat memperoleh manfaat yang sepadan. Dan negara-negara yang berkepentingan atas perdagangan internasionalnya mengusahakan adanya navigasi bebas di LCS sebagaimana ditentukan dalam UNCLOS ( United Nations Convention on the Law of the Sea). Bahkan AS yang letaknya cukup read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo Pemerintah Presiden Joko Widodo atau Jokowi mencanangkan untuk mewujudkan Swasembada dan Ketahanan Pangan. Sebenarnya masalah swasembada pangan sudah sejak lama dibicarakan dan diusahakan di Indonesia. Jelas sekali pada permulaan Orde Baru, berarti tahun 1966, hal itu sudah mencuat. Indonesia pada tahun 1970-an merupakan negara pengimpor beras dalam jumlah besar. Setiap tahun harus didatangkan beras dari berbagai negara, termasuk AS, Jepang, Thailand, yang dengan sendirinya makan biaya nasional tidak sedikit. Hal ini sebetulnya amat memalukan, karena Indonesia mempunyai wilayah daratan yang luas dan banyak bagiannya adalah tanah subur. Sedangkan Jepang dan Korea yang hanya maksimum 30% daratannya dapat ditanami, tidak pernah mengimpor beras, malahan mungkin mengekspor. Maka waktu itu dipikirkan bagaimana mengatasi kelemahan demikian yang menunjukkan rendahnya ketahanan pangan Indonesia yang mempengaruhi ketahanan nasional secara negatif . Kemudian disadari bahwa pangan bukanlah hanya beras. Itu perlu read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo Kelas Menengah di Indonesia menjadi golongan yang makin menonjol. Pada tahun 2015 diperkirakan jumlahnya mencapai sekitar 170 juta orang atau 70% penduduk Indonesia. Pasti golongan ini menjadi konsumen yang besar jumlahnya sehingga merupakan pasar penting di Asia setelah China dan India. Maka dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN yang sudah berlaku sejak 1 Januari 2016 amat menentukan apakah pasar itu mengkonsumsi produk buatan Indonesia atau buatan luar negeri, baik negara Asean lainnya, China atau negara lain dunia. Sebab itu perlu diusahakan agar Kelas Menengah itu tidak hanya berperan penting bagi Konsumsi tetapi juga dalam Produksi. Indonesia harus mampu menghasilkan produk-produk yang kuat bersaing dengan produk impor, agar Kelas Menengah membeli produk dalam negeri jauh lebih banyak dari pada produk impor. Juga harus mampu menghasilkan jasa (services) yang bermutu, khususnya kesehatan, agar orang-orang Indonesia tak merasa perlu berobat ke luar negeri dalam jumlah besar seperti sekarang ini terjadi. Untuk read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo, Letnan Jenderal TNI (Purn) Birokrasi Bermutu Untuk Kemajuan Negara dan Bangsa Yang dimaksudkan dengan Birokrasi dalam tulisan ini adalah Birokrasi Pemerintrah, yaitu organisasi yang menjadi aparat Pemerintah untuk menjalankan fungsi pemerintahannya. Sudah lama diserukan berbagai pihak agar Birokrasi ditingkatkan mutunya. Tanpa Birokrasi yang bermutu mustahil Pemerintah menjalankan fungsinya membawa NKRI mewujudkan Masyarakat Adil, Maju dan Sejahtera berdasar Pancasila. Namun hingga kini belum terwujud keinginan itu sehingga rakyat seringkali mengalami keadaan yang amat menyulitkannya. Tinggiya tingkat korupsi di Indonesia tidak lepas dari kondisi Birokrasi yang buruk. Selain itu Birokrasi yang kurang bermutu juga sangat menurunkan Daya Saing Negara, sebagaimana sekarang kita alami. Tidak mustahil bahwa keadaan demikian akibat dari kebijakan yang salah oleh Pemerintah yang dipimpin kaum politik.. Padahal dengan Birokrasi bermutu dapat dinetralisasi berbagai kelemahan Pemerintah secara efektif. read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo PERADABAN INDONESIA Adalah wajar apabila satu bangsa berdasarkan kebudayaannya berusaha membangun peradaban bangsa itu. Yang dimaksudkan dengan peradaban ( Bhs Inggeris : civilization, Bhs Belanda beschaving) menurut Encyclopedia Americana adalah segala perkembangan manusia dalam penguasaan pengetahuan dan kecakapan yang mendorongnya untuk mencapai perilaku yang luhur. Dan peradaban bersumber pada kebudayaan yang menurut ilmu antropologi adalah seluruh perilaku manusia sebagai hasil pelajaran (learned behavior yang berbeda dari instinctive behavior). Hal ini meliputi keseluruhan pemikiran dan benda yang diciptakan manusia dalam perkembangan sejarahnya. Kebudayaan adalah pola berpikir dan berbuat yang terjadi dalam kehidupan satu bangsa dan yang membedakannya dari kelompok atau bangsa lain. Timbul pertanyaan : apakah kita berhak atau patut bicara tentang peradaban Indonesia ? Sebab sejak kemajuan menonjol dunia Barat yang terjadi setelah Renaissance yang membuat manusia Barat makin mampu menguasai ilmu read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo Cara Perang Neocortex (Neocortical Warfare) adalah cara perang tanpa penggunaan kekerasan. Jadi menyimpang dari definisi perang yang diberikan Von Clausewitz, yaitu Perang adalah tindakan kekerasan untuk memaksa musuh tunduk kepada kehendak kita. Lebih sesuai dengan pernyataan Sun Tzu , yaitu panglima perang yang unggul adalah ia yang dapat menundukkan musuhnya tanpa menggunakan pertempuran. Berkembangnya pemikiran ini dipicu oleh kemajuan Iptek, khususnya dalam biologi dan psikologi. Orang berpikir bahwa inti Perang adalah menundukkan kehendak musuh sehingga mau mengikuti kehendak penyerang, tidak melawan atau mempersulit keinginannya. Untuk menundukkan kehendak musuh yang penting adalah menundukkan kehendak pemimpin musuh tanpa harus berperang secara nyata. Kalau pemimpin mau tunduk, ia tidak akan membawa pengikutnya untuk melawan penyerang. Bahkan ia akan mengikuti kehendak penyerang. Dan menundukkan kehendak pemimpin musuh tidak harus dengan tindakan kekerasan. Malahan penggunaan tindakan kekerasan read more .....