Sikap Indonesia dalam dinamika internasional Dalam gambaran dinamika internasional yang telah diuraikan, sikap Indonesia dalam hubungannya dengan AS merupakan hal yang paling utama. Itu terutama disebabkan oleh kenyataan bahwa AS adalah satu-satunya adikuasa di dunia dengan kekuatan ekonomi, militer, sains dan teknologi yang belum ditandingi pihak lain. Apalagi AS sangat berkepentingan memperoleh kontrol atas Asia Tenggara dan Indonesia sebagai posisi silang yang amat strategis bagi perebutan hegemoni dunia. Hubungan Indonesia – AS adalah hal yang amat sulit dan penuh persoalan. Sudah pada permulaan berdirinya Negara Republik Indonesia nampak bahwa AS mempunyai kepentingan berbeda dengan Indonesia. [1] Itu antara lain nampak sekali dalam sikap AS ketika dilakukan Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949 di Den Haag, Belanda, untuk menentukan pengakuan dan penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada Indonesia. Mungkin itu dipengaruhi faktor politik, karena Indonesia yang di bawah kekuasaan Belanda akan lebih mudah dikontrol AS. read more .....
Negara Tetangga Indonesia . Tetangga Indonesia meliputi negara yang tergabung dalam ASEAN dan yang berada dalam kesatuan Pasifik Barat Daya. ASEAN menunjukkan perkembangan positif, sekalipun masih jauh dari yabg diinginkan. Rencana untuk membentuk ASEAN Econimic Community dan ASEAN Security Community menunjukkan ambisi kuat untuk menjadikan ASEAN satu keutuhan politik yang makin nyata. Di setujuinya Piagam ASEAN yang menunjukkan sikap negara anggota ASEAN dalam HAM dan demokrasi juga hendak memberikan arahan keutuhan politik. Sekalipun begitu, dalam kenyataan Negara tetangga ini menimbulkan persoalan yang tidak kecil bagi Indonesia, di samping memungkinkan hubungan yang positifnya. Sebab itu perilaku mereka boleh digolongkan sumber dinamika regional bagi Indonesia. Nampaknya hubungan Indonesia dengan ASEAN adalah mudah karena sama-sama orang Asia Tenggara. Akan tetapi dalam kenyataan tidak dalam segala hal demikian. Sebab Asia Tenggara yang mempunyai potensi geografi dan sumber daya alam yang tinggi sejak dahulu kala selalu menjadi read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo Kondisi Dunia Amat Dinamis Kondisi dunia dalam abad ke 21 amat dinamis dan makin sukar diprediksi perkembangannya. Hal itu disebabkan oleh perilaku manusia yang makin dipengaruhi oleh materialisme dan perkembangan teknologi. Orang dimana-mana ingin membuat kehidupan yang paling baik bagi dirinya, keluarganya dan kelompoknya, khususnya dalam kesejahteraan lahirnya. Untuk itu ia sanggup melakukan banyak hal; makin kuat orang itu dalam karakternya, mentalnya, kondisi intelektualnya, fisiknya, makin banyak hal yang ia dapat perbuat. Dalam hal ini ia makin dibantu oleh keadaan lingkungannya; makin berkembang lingkungannya dan makin mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, makin banyak bantuan yang ia dapat peroleh untuk melakukan kehendaknya. Ini dapat bersifat hal yang oleh moralitas dinilai baik, tetapi juga dapat merupakan perbuatan yang bertentangan dengan moralitas yang berlaku. Dalam perkembangan umat manusia tampak dan terasa sekali bahwa hubungan antara bagian dunia satu sama lain makin read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 29 November 2007 Peran Pendidikan dalam membangun Bangsa Tidak ada kegiatan bangsa yang lepas dari peran pendidikan. Bahkan dalam banyak hal peran pendidikan sangat menentukan untuk dapat melakukan kegiatan yang bermutu. Sebab itu setiap bangsa menjadikan pendidikan kegiatan utama dalam mengusahakan kemajuannya. Dengan mengusahakan kemajuan sekali gus dibangun kekuatan bangsa itu. Sebab utama mengapa pendidikan berpengaruh terhadap setiap kegiatan bangsa adalah karena faktor manusia. Hampir tidak ada kegiatan bangsa yang tidak memerlukan peran manusia. Bahkan peran manusia sangat menentukan dalam pelaksanaan berbagai kegiatan itu, juga ketika terjadi kemajuan teknologi yang amat pesat. Dalam kemajuan teknologi itu banyak pekerjaan manusia dapat digantikan oleh peran mesin atau robot. Meskipun demikian, juga penggunaan mesin dan robot itu banyak ditentukan peran manusia. Malahan diperlukan peran manusia yang makin cerdas dan arif bijaksana. Faktor manusia juga amat penting bagi bangsa dalam read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo Pluralisme adalah satu pandangan hidup atau sikap kemasyarakatan yang mengutamakan sifat kemajemukan atau keanekaragaman dalam kehidupan manusia. Dengan mengambil kenyataan bahwa dalam kehidupan terdapat berbagai perbedaan, mereka yang berpaham pluralisme menganggap bahwa setiap perbedaan itu harus mendapat pengakuan sebagai entitas yang otonom dan memperoleh penilaian yang sama. Buat bangsa Indonesia pluralisme bukan barang baru. Sudah sejak permulaan abad ke 20 ketika terjadi kebangkitan nasional, kemajemukan menjadi isyu yang menonjol. Tidak sedikit pakar ilmu sosial Barat mengatakan bahwa Indonesia adalah hal yang artifisial. Mereka beranggapan bahwa yang ada secara nyata adalah entitas-entitas etnik dengan budayanya masing-masing yang berbeda. Yang menamakan diri Indonesia hakekatnya kemajemukan berupa banyak entitas budaya yang berbeda satu sama lain. Ditambah dengan kemajemukan yang disebabkan oleh perbedaan agama yang cukup banyak. Sebab itu para pakar itu tidak percaya Indonesia akan terus ada dan read more .....
Kamis, 01 November 2007 Jakarta, Kompas – Sosok Vladimir Putin yang dikenal bisa mengambil sikap tegas untuk menegakkan wibawa nasional Rusia rupanya juga dirindukan untuk Indonesia. Namun, ketika diwacanakan siapa di sini yang kiranya bisa membawakan kepemimpinan gaya Putin, sulit mencapai satu kesamaan. Diskusi ini mengemuka dalam peluncuran buku Rakyat Sejahtera Negara Kuat karya Letnan Jenderal (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo di Klub Bimasena Jakarta, Senin (29/10). Dalam acara yang dipandu oleh Soegeng Sarjadi ini, ekonom Umar Juoro menjadi pembahas bersama wartawati senior Toeti Adhitama. Menurut Umar, sebenarnya yang diharapkan dan semestinya tampil sebagai Vladimir Putin Indonesia saat ini adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kerinduan akan pemimpin berkarakter tegas muncul dengan latar belakang kondisi negara dan bangsa yang terpuruk setelah lebih dari setengah abad merdeka. Menurut Sayidiman dalam bukunya, "mimpi besar mewujudkan masyarakat Indonesia yang bersatu, berdaulat, demokratis, adil, dan sejahtera read more .....
Oleh Suradi, Wartawan Sinar Harapan Jakarta – Transisi politik dan demokrasi belum juga tuntas. Implikasi krisis ekonomi dan politik di penghujung masa Orde Baru masih terjadi hampir di semua sektor menggelisahkan banyak pihak, termasuk Sayidiman Suryohadiprojo. Kalau banyak orang mengungkapkan kegelisahan tersebut dalam ruang seminar, diskusi, dan bentuk obrolan lainnya, mantan Dubes RI untuk Jepang (1973-1974) dan mantan Gubernur Lemhannas (1974-1978) ini menuangkannya dalam buku berjudul Rakyat Sejahtera Negara Kuat. Dalam buku setebal 415 halaman yang diluncurkan Senin (29/10) sore, Sayidiman mengupas sejumlah persoalan, mulai dari sejarah lahirnya bangsa ini, masalah pembangunan sumber daya manusia (SDM), sistem pendidikan yang masih amburadul, pengamanan energi dan kelestarian lingkungan, tentang pengembangan kebudayaan, pembangunan TNI, etika politik di kalangan elite, ekonomi yang belum mensejahterakan rakyat, dan posisi Indonesia dalam kancah global. Kegelisahan yang diungkapkan tersebut disertai jalan keluar read more .....
Oleh Suradi, Wartawan Sinar Harapan Jakarta-Silaturahmi yang kini makin aktif dilakukan para elite politik memang baik. Namun, sampai saat ini langkah itu lebih untuk meraih simpati publik dan merupakan bagian dari siasat mencari dukungan guna meraih kekuasaan. Elite partai belum sungguh-sungguh memperjuangkan kepentingan rakyat dan hanya kepentingan kelompok saja yang diutamakan. Penilaian kritis tersebut dikemukakan mantan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) dan juga mantan Wakasad Sayidiman Suryohadiprojo (80) dalam perbincangan dengan SH di kediamannya, kawasan Jalan Prapanca, Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (24/10) sore. Seharusnya para elite politik ini mampu membangun budaya politik yang mengutamakan kepentingan rakyat, karena mereka mendapat mandat dari rakyat. Tugas utama mereka, dan juga tugas semua kalangan, adalah bagaimana membangun social trust atau tanggung ja-wab sosial sehingga masyarakat tergerak juga untuk membantu yang lain. Saat ini, para politisi memang aktif melakukan silaturahmi dalam read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo Belakangan ini sering ada keluhan bahwa di kalangan kaum muda sekarang kurang ada sikap kebangsaan atau nasionalisme yang kuat. Mungkin sekali gejala yang kurang positif itu disebabkan karena kaum muda sekarang kurang mengenal negerinya sendiri. Seorang anak muda yang tinggal di Jawa Barat, jangankan mengenal Sumatera atau Kalimantan, daerahnya sendiri Jawa Barat tidak dikenalnya dengan baik. Amat sedikit anak muda, mungkin juga orang tua, yang mengetahui nama gunung-gunung yang ada di daerah provinsinya, apalagi berapa tinggi setiap gunung itu. Belum tentu mayoritas murid SMA tahu nama kota-kota yang dilalui kereta api yang berjalan tiap hari dari Jakarta ke Surabaya. Dan banyak lagi hal-hal mengenai negeri kita Indonesia. Orang sekarang lebih berminat kepada keadaan yang langsung dihadapinya, termasuk yang bersangkutan dengan negara lain. Sebab itu mereka tidak ada minat pada negerinya sendiri, kecuali kalau ada urusan yang langsung dihadapinya. Kondisi demikian mendorong kepada sikap pragmatisme read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo Purnawirawan Pejabat Tinggi TNI Angkatan Darat Belakangan ini perasaan orang Indonesia banyak diganggu oleh sikap bangsa lain yang merendahkan bangsa kita, khususnya sikap bangsa Malaysia, Australia, dan Singapura. Perlu disadari, pandangan dan penilaian bangsa lain terhadap kita adalah satu masalah persepsi. Dalam persepsi itu ada hal tertentu yang amat berpengaruh, seperti faktor kekuatan dan keberhasilan. Dapat diperkirakan, sikap bangsa lain yang merendahkan Indonesia itu dipengaruhi oleh penilaian mereka terhadap kekuatan Indonesia sekarang dibandingkan dengan masa lalu. Adalah kenyataan bahwa pada tahun 1960-an kekuatan pertahanan RI merupakan yang terkuat di Asia Tenggara. Pada tahun 1980-an Indonesia dinilai tergolong negara "macan Asia" dalam ekonomi, khususnya karena faktor minyak dan gas bumi. Selain itu, diplomasi Indonesia masa lalu menunjukkan sikap yang lebih tegar dan percaya diri. Namun, kini bangsa lain tidak lagi melihat kekuatan Indonesia itu. Selain itu, read more .....