Membangun Desa Sebagai Inti Negara Indonesia Merdeka

Posted by Admin on Saturday, 6 June 2009 | Opini

Sayidiman Suryohadiprojo

Jakarta, 6 Juni 2009

Baru saja ada kiriman tulisan yang antara lain menyebutkan pentingnya hal-hal yang termuat dalam buku Fundamentals of Ecology , tulisan Eugene P. Odum di tahun 1970-an.

Yang diuraikan dalam buku itu, menurut tulisan itu, adalah semacam hukum ekologi yang menyatakan bahwa satu Eko-sistem yang lebih tertata akan mengambil keuntungan dari Eko-sistem di sekitarnya yang kurang tertata.

Itu dibuktikan dengan menunjuk kepada kenyataan bahwa Kota yang lebih tertata dari pada Desa akan menyedot sumberdaya desa-desa sekitarnya. Demikian pula negara maju yang lebih tersusun kekuatannya menyedot potensi sumberdaya negara-negara miskin dan sedang berkembang. Itu semua berakibat bahwa bangsa yang kaya menjadi makin kaya, sedangkan bangsa miskin makin miskin. Hal itu bahkan terjadi di Amerika Serikat sebagai negara terkaya di dunia di mana dalam 25 tahun terakhir penghasilan kaum menengah ke bawah makin turun, sedangkan golongan kaya makin kaya.

Paralel dengan itu saya teringat satu kuliah di Fuehrungs Akademie der Bundeswehr di Hamburg, Republik Federasi Jerman, pada permulaan tahun 1965. Dosen Geografi mengatakan bahwa dalam perkembangan bangsa-bangsa di dunia dapat dilihat bahwa bangsa-bangsa yang hidup di sekitar khatulistiwa dengan dua musim dijajah dan kemudian dikendalikan bangsa-bangsa yang hidup di Utara Bumi dengan empat musim. Hal itu, kata dosen, disebabkan karena bangsa-bangsa yang hidup di daerah dua musim tidak pernah menghadapi tantangan alam seberat bangsa empat musim.

Bangsa empat musim harus menghadapi musim dingin setiap tahun yang memerlukan berbagai kegiatan untuk menjamin kelangsungan hidupnya (survival-nya). Mereka harus mengumpulkan makanan sebelum musim dingin tiba, karena dalam musim itu tanah tak dapat ditanami. Mereka juga harus menyediakan pakaian tebal untuk menahan rasa dingin, di samping mempunyai pakaian untuk musim panas yang ringan. Sebaliknya Manusia Dua Musim selalu hidup dalam cuaca nyaman tanpa ada musim dingin. Tanahnya dapat ditanami sepanjang tahun, demikian pula sepanjang tahun dapat berburu dan menangkap ikan. Ia tak perlu punya pakaian tebal yang khusus. Maka Manusia Empat Musim cenderung lebih giat hidupnya, lebih energik, ketimbang Manusia Dua Musim, kata dosen itu.

Itu sebabnya, kata dosen, kemudian dalam Sejarah Umat Manusia kita lihat bahwa bangsa-bangsa Utara Bumi menguasai bangsa-bangsa yang tinggal di sekitar khatulistiwa dengan dua musimnya. Katanya, itu merupakan hukum alam yang sukar dirobah karena berpangkal pada naluri manusia dan alam sekitarnya. Dengan perkataan lain, dosen itu menganggap kendali dunia yang dilakukan bangsa Utara Bumi terhadap umat manusia sebagai hal yang wajar karena sesuai dengan kondisi Alam.

Sebagai siswa yang mengikuti kuliah itu, tetapi juga sebagai seorang Pejuang Kemerdekaan Indonesia, saya minta idzin menyampaikan pendapat saya. Saya katakan, bahwa keadaan umat manusia dewasa ini (tahun 1965) memang seperti yang diuraikan dosen. Memang Bumi dikuasai Manusia Empat Musim, apakah itu bangsa-bangsa Eropa, Uni Soviet (waktu itu), Amerika atau Jepang. Akan tetapi, saya katakan, umat manusia tidak selalu demikian keadaannya. Di masa lalu ketika manusia di Eropa dan Amerika masih merupakan nomad, di Meksiko sudah ada peradaban Aztek dan Inca yang tinggi. Demikian pula peradaban Mesir jauh lebih dulu berkembang ketika manusia Empat Musim masih tergolong tidak ber-peradaban. Bangsa saya sendiri sudah membangun Borobudur yang hingga kini termasuk Keajaiban Dunia, yang berarti sudah ada peradaban tinggi di Indonesia ketika di Jerman pada waktu sama orang masih hidup primitif. Memang kemudian bangsa-bangsa Dua Musim itu mengalami kemunduran dan peradaban tinggi di Meksiko, Mesir dan Indonesia tinggal menjadi sejarah. Sebaliknya bangsa Eropa pada abad ke 15 mengalami Renaissance. Itu menjadi permulaan dari tumbuh dan berkembangnya peradaban Barat dan kekuasaannya atas Planit Bumi hingga kini. Dengan begitu sebenarnya tidak ada hal yang langgeng atau abadi di Alam ini, kecuali Tuhan Yang Maha Esa. Maka satu saat keadaan sekarang pun dapat berubah. Manusia Dua Musim akan menyadari kekurangannya dalam menghadapi perkembangan Alam sekitarnya. Ia akan berusaha mengatasi itu karena tentu sebagai manusia ia tak mau dikuasai dan dijajah terus-menerus. Langkah demi langkah ia akan menemukan jalan untuk mengimbangi kegiatan dan usaha Manusia Empat Musim. Karena tanggapan saya terhadap uraian dosen itu maka rekan-rekan sekelas yang berasal dari banyak bangsa menjuluki saya Super Nationalist.

Namun uraian saya itu sebetulnya juga berlaku terhadap apa yang disebut Hukum Ekologi dalam buku Fundamentals of Ecology itu. Satu saat manusia negara sedang berkembang tidak mau lagi dijadikan korban keserakahan manusia negara maju. Orang Desa tidak mau lagi disedot keuntungannya oleh Orang Kota. Nampaknya saat itu sekarang sedang muncul depan kita.

Sebab itu penting sekali untuk mengajak penduduk Desa di Indonesia membangun desanya sehingga menjadi Eko-sistem yang tidak kalah tertata dari Kota. Malahan setiap pemerintahan NKRI harus menyadari bahwa inti negara kita adalah Desa. Buat para Pejuang Kemerdekaan yang merebut kemerdekaan bangsa dengan bergerilya melawan Belanda dengan berpangkal pada Desa-Desa, hal demikian bukan aneh atau asing. Malahan Pejuang Kemerdekaan mempunyai hutang budi untuk menjadikan Desa yang dulu menghidupinya, berkembang menjadi Eko-sistem yang maju.

Mudah-mudahan Presiden dan Wakil Presiden RI yang nanti terpilih melaksanakan Kepemimpinan Nasional juga menyadari bahwa kemajuan hakiki bangsa dan negara Indonesia hanya tercapai dan terwujud kalau Desa-Desa kita di seluruh Nusantara makin maju. Baik Desa Petani maupun Desa Nelayan harus dan dapat kita bangun kalau kita memang sungguh-sungguh hendak memajukan bangsa kita. Segala retorika dan perdebatan tentang Neo-Lib dan Ekonomi Kerakyatan harus menghasilkan tindakan dan perbuatan yang nyata memajukan seluruh rakyat kita. Kepemimpinan Nasional harus dapat membangun kepemimpinan dan manajemen bangsa yang dapat menggerakkan bangsa Indonesia mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi nasional untuk menjadikan Rakyat kita lebih kuat, lebih mampu, lebih sejahtera sehingga berakhirlah bangsa Indonesia menjadi sasaran penghisapan dan korban dari usaha serakah bangsa maju, bangsa Empat Musim. Untuk itu perkembangan Desa menjadi Eko-sistem yang kuat dan maju tidak dapat diabaikan, baik itu Desa Petani maupun Desa Nelayan.

Kalau hari-hari belakangan bangsa Indonesia diganggu lagi oleh sikap dan perilaku Malaysia yang kurang ajar, itu juga tidak lain dari akibat sikap Manusia Malaysia yang memandang rendah Indonesia. Ia pikir dapat berbuat sekehendak hatinya tanpa menghiraukan bahwa bangsa Indonesia pun mempunyai hasrat hidup yang wajar. Kalau Malaysia meninggalkan sikap harmoni dan saling menghargai dalam susunan ASEAN, itu disebabkan oleh rasa keunggulan sebagai Eko-sistem terhadap Indonesia, sebagaimana rasa keunggulan Manusia Kota terhadap Manusia Desa.

Menghadapi Manusia Malaysia seperti itu diperlukan usaha kita untuk menjadi bangsa makin kuat dan makin maju di seluruh barisan kita, kesejahteraan yang tidak hanya dinikmati golongan kecil tetapi meluas ke seluruh Rakyat Indonesia sebagaimana dikehendaki UUD 1945 fasal 33 (yang asli pro-Pancasila). Untuk itupun mau tidak mau perkembangan Desa menjadi Eko-sistem yang maju dan tertata amat menentukan.

 

RSS feed | Trackback URI

5 Comments »

Comment by siAyi
2010-04-17 01:03:21


pemikiran yang tersurat dan tersirat di dalam tulisan ini selayaknya dibaca dan dimaknai oleh warga desa,,, sehingga perwujudan desa yang tertata dan menjadi tempat hidup serta penghidupan bagi penghuninya bukanlah hal yang sulit untuk diwujudkan… semoga.

 
2009-09-14 21:46:17


ijin saya tampilkan di http://desamerdeka.com

2009-09-16 11:47:03


Sdr Suryokoco Adiprawiro,

Silakan muat di tempat lain, asalkan nama saya sebagai penulis jelas.

Salam,
Sayidiman S.

 
 
2009-08-31 09:36:49


Sdr Sofyan Ginting,

Terima kasih atas komentar Anda. Memang Desa harus amat kita perkuat kemampuannya karena sebenarnya di situ teletak inti kekuatan bangsa. Salam.

Sayidiman S.

 
Comment by sofian ginting
2009-08-30 16:42:18


Saya jadi teringat Sebuah keterangan mengatakan : Nikmat mana lagi yang engkau dustakan ?, Desa sudah lebih dulu berdemokrasi melalui pemilihan langsung artinya masyarkat desa jauh lebih siap scr mental dibanding orang kota, di desa pulalah kehidupan gotong royong masih terpelihara tetapi ad ancaman dewasa ini tentang sikap ego dan individulisme yang merasuki masyarakat desa, maka sy termasuk org yg setuju bila membangun desa sbg inti pembangunan bangsa

 
Name (required)
E-mail (required - never shown publicly)
URI
Your Comment (smaller size | larger size)
You may use <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong> in your comment.

Trackback responses to this post