Harga Diri dan Martabat Bangsa

Posted by Admin on Friday, 28 September 2007 | Opini

Oleh Sayidiman Suryohadiprojo
Purnawirawan Pejabat Tinggi TNI Angkatan Darat

Belakangan ini perasaan orang Indonesia banyak diganggu oleh sikap bangsa lain yang merendahkan
bangsa kita, khususnya sikap bangsa Malaysia, Australia, dan Singapura.
Perlu disadari, pandangan dan penilaian bangsa lain terhadap kita adalah satu masalah persepsi. Dalam persepsi itu ada hal tertentu yang amat berpengaruh, seperti faktor kekuatan dan keberhasilan. Dapat diperkirakan, sikap bangsa lain yang merendahkan Indonesia itu dipengaruhi oleh penilaian mereka terhadap kekuatan Indonesia sekarang dibandingkan dengan masa lalu.
Adalah kenyataan bahwa pada tahun 1960-an kekuatan pertahanan RI merupakan yang terkuat di Asia Tenggara. Pada tahun 1980-an Indonesia dinilai tergolong negara "macan Asia" dalam ekonomi, khususnya karena faktor minyak dan gas bumi. Selain itu, diplomasi Indonesia masa lalu menunjukkan sikap yang lebih tegar dan percaya diri. Namun, kini bangsa lain tidak lagi melihat kekuatan Indonesia itu. Selain itu, bangsa lain seperti Malaysia telah berkembang maju saat Indonesia malah mundur.
Untuk membuat bangsa lain menghargai, kita harus meningkatkan harga diri dan martabat bangsa. Sukar mengharapkan orang lain menghargai kita kalau kita sendiri tidak menghargai diri sendiri. Usaha meningkatkan harga diri dan martabat bangsa akan menimbulkan citra lain dari yang sekarang sehingga membuat persepsi bangsa lain terhadap Indonesia lebih positif.

Disiplin

Peningkatan harga diri dan martabat memerlukan niat amat kuat untuk mengadakan banyak perubahan dalam sikap sehari-hari dan perilaku bangsa kita.
Harga diri terutama memerlukan perubahan dalam kendali diri. Kendali diri diperlukan sekali untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang jauh lebih berdisiplin dari sekarang.
Rendahnya disiplin bangsa kita bukan hal baru dan tidak pernah dapat diperbaiki secara memuaskan. Akibat rendahnya disiplin, banyak peraturan, ketentuan negara dan masyarakat tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya. Bahkan, orang yang telah menetapkan ketentuan untuk diri sendiri pun tidak disiplin melakukannya. Rendahnya disiplin amat nyata dalam lalu lintas. Akibatnya, banyak kecelakaan.
Dampak paling merugikan adalah rendahnya kejujuran dalam banyak bidang, baik material, mental, maupun intelektual. Meski tampak sekali peningkatan dalam pelaksanaan ritual agama, kendali diri tidak cukup kuat untuk mempraktikkan ajaran agama dalam sikap dan perilaku. Sedih sekali untuk mengatakan bahwa sekarang amat sulit menemukan manusia Indonesia yang dapat dipercaya.
Harga diri juga ditentukan faktor lain selain kendali diri, tetapi ruang tidak memungkinkan mengelaborasi. Namun dengan perbaikan kemampuan, kendali diri sudah akan banyak meningkatkan harga diri bangsa.

Martabat dan performa

Martabat amat dipengaruhi performa bangsa dalam pergaulan internasional. Pada masa lalu orang Jepang menilai Uni Soviet lebih tinggi daripada bangsa Asia, meski sejak awal abad ke-20 bangsa Jepang selalu bermusuhan dengan Rusia, inti Uni Soviet. Performa bangsa Rusia memang tinggi dan dalam bidang tertentu mengungguli Barat.
Martabat Indonesia pernah tinggi saat banyak bangsa memandang tinggi prestasi kita mencapai kemerdekaan melalui perjuangan kemerdekaan. Namun karena kemerdekaan itu tidak diikuti prestasi menonjol dalam berbagai bidang, khususnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi, kini penilaian tinggi itu tidak banyak sisanya.
Yang masih dinilai tinggi adalah seni tradisional Indonesia, khususnya dari Bali. Namun, dalam hal ini pun kita harus waspada karena ada keunggulan kita yang "diaku" bangsa lain, misalnya seni batik yang dipaten oleh Malaysia dan pertunjukan berbagai seni Indonesia di Singapura seakan-akan itu "miliknya".
Semua itu terjadi karena kelemahan kita dalam manajemen dan kurangnya semangat usaha jika dibandingkan dengan negara tetangga itu.
Karena itu, kita perlu menguatkan semangat untuk berprestasi tinggi dalam hal apa pun yang dikerjakan. Harus dapat dihilangkan sifat asal jadi dan mediocrity yang meluas pada bangsa kita. Keunggulan anak-anak kita dalam olimpiade sains adalah hal yang amat baik. Hendaknya dapat juga ditunjukkan dalam banyak bidang lainnya.
Setiap orang yang merasa jadi pemimpin dalam bidang apa pun wajib menggerakkan lingkungannya dalam peningkatan harga diri dan martabat bangsa. Para pemimpin harus menunjukkan teladan dalam mengejar keunggulan (excellence) bagi diri ataupun organisasi yang dipimpin. Sikap memandang penuh curiga terhadap orang yang mengusahakan prestasi dan keunggulan harus diakhiri, sebaliknya mereka dibantu dan dijadikan pendorong bagi yang lain. Semoga dengan perubahan itu Indonesia makin kuat menjalankan fitrahnya.

Sumber : KCM

RSS feed | Trackback URI

Comments »

No comments yet.

Name (required)
E-mail (required - never shown publicly)
URI
Your Comment (smaller size | larger size)
You may use <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong> in your comment.

Trackback responses to this post