Oleh Sayidiman Suryohadiprojo
Ajaran Islam dapat menimbulkan sikap dan penalaran yang rasional. Selain itu juga dapat menyebabkan sikap dan pemikiran emosional. Kombinasi tepat dari kuatnya rasio dan halusnya emosi telah menghasilkan peradaban Islam yang begitu tinggi di masa lalu. Namun kemudian nampaknya kombinasi rasio dan emosi yang tepat itu kurang dapat dipelihara oleh umat Islam. Peradaban Islam mundur dan menjadi bagian dari sejarah, bukan lagi kenyataan yang ada dalam kehidupan bangsa di duna. Malahan sekarang pada abad ke 21 di antara bangsa-bangsa yang miskin banyak sekali terdapat bangsa-bangsa Islam. Sebaliknya, di antara bangsa yang tergolong maju dan sejahtera dewasa ini sukar ditemukan bangsa Islam atau bangsa yang mayoritas penduduknya Muslim.
Indonesia sebagai bangsa dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia juga termasuk yang masih miskin dan kurang maju dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam ekonomi dan pendidikan. Yang dapat kita lihat adalah bahwa kebanyakan Muslim Indonesia lebih banyak bersikap dan berpikir emosional dan sukar sekali bersikap rasional. Bahkan yang menganggap dirinya sebagai penganut ajaran Islam yang paling teguh justru bukan main emosionalnya sehingga amat sering menunjukkan sikap dan pandangan yang kurang masuk akal bagi rata-rata orang yang berpikir wajar. Padahal agama Islam mengajarkan untuk memelihara rasio dan emosi secara harmonis.
Terutama sekarang tampak sekali betapa sebagian umat Islam Indonesia kurang dapat memelihara harmoni antara rasio dan emosi. Memang kita harus memelihara solidaritas dengan sesama umat Islam di dunia, termasuk di Afghanistan yang sekarang diserang secara tidak adil oleh AS. Akan tetapi solidaritas itu tidak berarti bahwa kita tidak memikirkan dan menterlantarkan kehidupan bangsa Indonesia sendiri. Kalau berbagai tindakan untuk menunjukkan solidaritas itu mengakibatkan bangsa Indonesia tidak kunjung dapat mengatasi kondisi ekonominya yang sedang terpuruk setelah Krisis Ekonomi, umpama saja berdemo tanpa akhir, maka itu adalah sikap yang justru merugikan masa depan Islam. Sebab Indonesia yang dapat berbuat banyak untuk kemajuan Islam adalah Indonesia yang maju, sejahtera dan kuat, bukan Indonesia yang lemah dan miskin serta rakyatnya yang bagian terbesar Muslim kurang mengalami pendidikan yang bermutu. Malahan Indonesia yang dikenal di dunia sebagai bangsa dengan penduduk Muslim terbanyak, menjadi ukuran pandangan dunia terhadap masa depan Islam. Kalau Indonesia maju, sejahtera dan kuat serta menunjukkan kehidupan yang demokratis, dikuasai hukum dan keadilan sosial, maka itu akan membuat pandangan dunia yang positif sekali terhadap Islam.
Oleh sebab itu perlu kita usahakan penyaluran yang positif dari emosi yang sedang begitu kuat meliputi umat Islam di Indonesia, khususnya pada mereka yang nampaknya sudah kehilangan pedoman tentang pentingnya harmoni antara rasio dan emosi.
Para pemimpin Islam harus dapat menyadarkan umatnya bahwa kemajuan Negara kita Republik Indonesia adalah syarat yang amat penting bagi masa depan Islam di dunia. Menjalankan ajaran Islam berarti bersikap Iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan di dalam ketaqwaan itu rasa cinta Tanah Air Indonesia harus mempunyai tempat utama. Sebaliknya ketaqwaan tanpa rasa cinta Tanah Air merupakan satu kekurangan yang amat mengabaikan ajaran agama Islam.
Kemudian emosi yang begitu kuat sekarang ini hendaknya dicurahkan untuk menjalankan berbagai tindakan dan usaha untuk membuat Tanah Air Indonesia yang kita cintai makin maju dalam segala bidang. Dan bukannya emosi itu ditumpahkan untuk perbuatan dan tindakan yang destruktif atau kurang mempunyai dampak pada perbaikan and kemajuan. Sekarang emosi itu nampak sekali ditumpahkan untuk berbuat kekerasan dan penghancuran sebagai ekspresi peluapan kemarahan. Atau untuk menjalankan demo dan berorasi yang mungkin ada manfaatnya apabila dilakukan secara terarah dan karena itu juga terbatas. Akan tetapi kalau kerjaan sehari-hari hanya orasi dan demo, sedangkan dalam orasi yang dinyatakan yang itu-itu saja, maka itu semua membuat manusia makin jauh dari nalar dan akal sehat.
Emosi yang kuat dapat disalurkan secara positif ketika digunakan untuk melakukan perbuatan membangun sesuatu, umpama saja membangun perairan yang berguna bagi kaum petani. Juga dapat disalurkan untuk menimbulkan sikap dan rasa sosial yang mendalam secara luas dengan melakukan usaha bersama menegakkan disiplin sosial yang sekarang begitu ambruk. Sebagai contoh dapat kita lihat bahwa di AS kaum Muslim di berbagai tempat amat efektif untuk melawan penjualan dan pemakaian narkoba, menyembuhkan penderita narkoba melalui treatment yang keras disiplinnya. Hal itu justru telah menimbulkan penghargaan pihak non-Muslim.
Yang amat penting dan sangat berguna bila dapat dilakukan adalah menyalurkan emosi yang kuat untuk membentuk semangat dan sikap tahan uji guna membangun Usaha Kecil dan Menengah. Berkembangnya UKM sangat besar artinya bagi kekuatan ekonomi nasional dan ekonomi rakyat. Sebagai contoh adalah Jepang yang kuat ekonominya bukan karena sogo shosha seperti Mitsubishi, Mitsui atau Sumitomo yang memang perusahaan raksana, tetapi kekuatan ekonomi Jepang justru terletak pada UKM yang begitu luas dan kuat dalam masyarakat. UKM itulah penyedia lapangan kerja utama dan meningkatkan daya beli rakyat, sehingga produksi dalam negeri selalu terbeli oleh masyarakat. Dengan begitu produksi terus berkembang. Namun di Indonesia UKM masih sangat terbatas jumlahnya dan lemah kondisinya, baik yang berupa koperasi maupun swasta. Kalau UKM luas dan kuat, maka dengan sendirinya ekonomi umat Islam Indonesia akan menjadi kuat. Akan tetapi pembangunan UKM membutuhkan semangat yang kuat untuk berhasil serta keuletan dan tahan uji menghadapi berbagai persoalan. Hal itu juga dihadapi UKM Jepang dan karena itu semangat dan keuletan rakyat Jepang begitu tinggi. Sebab itu penyaluran emosi untuk membangun semangat dan keuletan usaha amat penting bagi masa depan umat Islam di Indonesia.
Emosi yang dapat menumbuhkan cinta Tanah Air yang kuat dapat pula disalurkan untuk meningkatkan daya saing yang positif. Kita lihat Korea Selatan yang begitu membenci Jepang karena telah menjajahnya dari tahun 1910 hingga 1945. Namun kebencian terhadap Jepang justru disalurkan untuk melakukan segala hal yang tidak mau kalah dari Jepang, sebaliknya mau unggul. Ibu kota Seoul dibangun mirip Tokyo untuk kemudian mengungguli Tokyo. Pendidikan sekolah di Korea mengejar hasil yang dapat mengalahkan hasil pendidikan di Jepang. Perusahaan besar Korea seperti Hyundai atau Samsung dibangun untuk mengalahkan Mitsubishi dan perusahaan Jepang lainnya. Dalam olahraga sepakbola Korea harus menang dari kesebelasan Jepang. Maka kalau Front Pembela Islam mendidik penganutnya untuk membenci Amerika, maka hendaknya kebencian itu dicurahkan untuk kebesaran dan kemajuan Indonesia. Mereka diajak untuk melakukan berbagai hal yang lebih baik dari apa yang dilakukan Amerika. Tidak hanya di medan tempur, tetapi juga dalam ekonomi, dalam pendidikan, dalam olah raga, dan lainnya. Tidak hanya dididik membakar bendera AS atau merusak perusahaan Amerika, karena merusak jauh lebih mudah dari membangun dan justru merugikan Tanah Air Indonesia. Khususnya usaha perbaikan pendidikan umat Islam dalam berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi modern amat penting bila hendak mengalahkan Amerika. Jepang baru dapat mengalahkan bangsa Eropa, yaitu bangsa Russia, pada tahun 1904, setelah Jepang mengadakan pendidikan meluas bagi rakyatnya untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Sebab Jepang sadar bahwa kekuasaan Barat terletak dalam keunggulannya dalam dua bidang itu yang kemudian membuat ekonominya serta militernya juga unggul. Bahkan setelah dalam Perang Dunia Kedua Jepang dikalahkan AS, Jepang mula-mula amat menurut kepada kehendak AS untuk memperoleh kesempatan menguasai keunggulan AS, yaitu manajemen industri. Setelah Jepang berhasil menguasai manajemen industri, yaitu Total Quality Control yang justru diperoleh dari guru Amerika, baru Jepang bangkit kembali dan kemudian industrinya mengalahkan AS, khususnya elektronika dan otomotif.
Inilah hal-hal yang perlu diperhatikan agar emosi yang sekarang begitu kuat meliputi sebagian umat Islam Indonesia dapat menjadi positif bagi kemajuan Islam dan bukannya malahan membakar diri sendiri.
No comments yet.