Pahami Pancasila Jati Diri Bangsa

Posted by Admin on Tuesday, 2 June 2009 | Opini

Sayidiman Suryohadiprojo

Jakarta, 1 Juni 2009

Pada tanggal 1 Juni 2009 Pancasila berulang tahun ke 64. Mayoritas bangsa Indonesia mengakui pentingnya peran Pancasila untuk kehidupan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun demikian, hingga kini Pancasila belum menjadi kenyataan dalam kehidupan bangsa. Para pemimpin yang mengendalikan negara sejak 1945 belum cukup berhasil dan juga belum cukup berusaha menjadikan Pancasila benar-benar kenyataan dalam kehidupan bangsa.

Malahan sejak Reformasi tahun 1998 terasa sekali ada usaha sekelompok orang untuk makin menghilangkan peran Pancasila. Atau mereka secara tidak langsung menghilangkan Pancasila dengan jalan memberikan makna dan substansi yang berbeda dari Pancasila yang murni. Antara lain itu terjadi dengan melakukan amandemen 4 kali terhadap UUD 1945. Sekalipun Pembukaan UUD 45 masih tetap utuh, namun Batang Tubuhnya dimasuki fasal-fasal yang bertentangan dengan Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan. Dan Penjelasan UUD 45 dihilangkan sama sekali sehingga mereka bebas untuk memberikan interpretasi sekehendaknya.

Salah seorang yang juga memberikan makna yang sama sekali salah kepada Pancasila adalah Christianto Wibisono (CW) yang tulisannya dimuat dalam harian sore Suara Pembaruan edisi 1 Juni 2009. CW secara berkala menulis kolom dalam harian itu dengan sebutan The Global Nexus. Nada dari tulisannya adalah cenderung berpihak kepada AS dan dunia Barat Dalam tulisan kali ini yang ia beri judul provokatif Presiden 7 Turunan Kaya / Kere CW mengemukakan kritiknya terhadap beberapa calon Presiden di Indonesia. Ia berpendapat bahwa para pemimpin di mana saja yang memperjuangkan politik atas nama rakyat miskin golongan kere, marhaen, proletar, buruh tani, nelayan miskin, baik di Indonesia atau negara lain, adalah demagog yang memerintah dengan sistem fascisme. Mereka selalu gagal karena rezim mereka penuh yes-men , korup, komplasen, arrogan dan kropos.

Sebaliknya yang berhasil adalah ideologi demokrasi liberal sebagaimana terbukti di Eropa Barat dan AS, karena menempatkan institusi, pengawasan, perimbangan kekuasaan melalui Trias Politica , menjunjung supremasi hukum, sehingga tercipta kelas menengah yang menikmati kebebasan berpendapat sebagai hak azasi manusia.

Dengan menyatakan hal itu CW jelas menunjukkan sikapnya tak setuju dengan Pancasila yang kita kenal. Sebab Pancasila menghendaki keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan bukan untuk golongan kecil belaka. Para pemimpin kebangsaan Indonesia sejak dimulai perjuangan nasional untuk merebut kemerdekaan, khususnya Bung Karno dan Bung Hatta, selalu menyatakan bahwa individualisme dan liberalisme yang menghasilkan imperialisme dan kolonialisme adalah sumber kesengsaraan bagi jutaan rakyat Indonesia dan bangsa-bangsa lain terjajah di planit Bumi. Sebab itu Bung Karno, Bung Hatta, para pemimpin bangsa dan kita Pejuang Pancasila menolak dengan tegas berbagai isme yang bersumber cara berpikir Barat.

Anehnya bahwa CW menganggap Pancasila kreasi Bung Karno hal yang bagus, tetapi satu konsep yang mengacu kepada San Min Chu I-nya Kuo Min Tang. Kemudian ia katakan bahwa hakekat Pancasila adalah demokrasi liberal yang sayang sekali tidak terwujud karena terbajak oleh ekstrim kiri, kanan dan primordial.

Tulisan CW ini mengandung berbagai tantangan dan kesalahan :

Pertama, CW membuat kesalahan secara sengaja atau tidak sengaja dengan mengatakan bahwa Pancasila mengacu kepada San Min Chu I. Dengan perkataan lain, Bung Karno menghasilkan konsep pemikiran Pancasila karena terpengaruh San Min Chu I. Padahal Bung Karno selalu mengatakan, bahwa beliau sama sekalu bukan pentjipta Pancasila. Melainkan beliau telah menggali nilai-nilai yang kemudian dirumuskan menjadi Pancasila dari Bumi Indonesia dan kehidupan Rakyat Indonesia. Maka nilai-nilai Pancasila merupakan Jati Diri Bangsa Indonesia yang beliau tawarkan kepada Panitya Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 1 Juni 1945 untuk dijadikan Filsafah dan Pandangan Hidup Bangsa (Weltanschauung). Usul Bung Karno diterima dan Pancasila setelah diperbaiki perumusannya menjadi Dasar Negara RI dan Ideologi serta Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.

Kedua, CW tidak setuju dengan substansi dan makna Pancasila yang sebenarnya. Akan tetapi Pancasila dapat ia manfaatkan untuk merebut Indonesia bagi pihak pendukung demokrasi liberal. Sebab terbukti bahwa dengan Pancasila dapat direbut dukungan mayoritas rakyat sehingga dengan dukungan itu Indonesia dapat dikuasai oleh pihak luar dan dalam yang memperjuangkan kepentingan Barat dan AS. Dulu PKI pun setuju dengan Pancasila untuk mencapai tujuannya, tetapi akan dibuang dan ditinggalkan andai kata PKI berhasil berkuasa.

Ketiga, CW sudah mulai dengan memberikan makna dan substansi lain kepada Pancasila, sesuai dengan kepentingannya. Itu nyata sekali ketika ia tulis bahwa hakekat Pancasila adalah demokrasi liberal. Ini amat sesuai dengan usaha kalangan yang telah melakukan amandemen 4 kali terhadap UUD 1945. Dengan begitu lambat laun Pancasila Jati Diri Bangsa akan berubah menjadi Pancasila Alat Kaum Penjajah Bangsa.

Kegunaan dari membaca tulisan CW bagi kita yang selalu mengusahakan kelangsungan hidup Pancasila di Indonesia adalah bahwa makin jelas apa yang dikehendaki mereka yang ingin melenyapkan Pancasila Jati Diri Bangsa. Dengan begitu kita dapat meningkatkan kewaspadaan dan menentukan langkah-langkah untuk menghadapinya.

Namun yang paling utama diperlukan adalah sikap dan tindakan Kepemimpinan Nasional, khususnya Presiden dan Wakil Presiden, yang akan terpilih memimpin bangsa pada tahun 2009 ini. Sudikah mereka memimpin bangsa dengan memberikan Pancasila peran yang utama dalam kehidupan bangsa dan NKRI ?

Dalam Visi dan Misi mereka hanya team Mega-Prabowo yang secara kongkrit menyebut Pancasila. Itu berarti bahwa dua team lainnya tidak terlalu menganggap penting peran Pancasila. Apalagi untuk diusahakan agar menjadi Kenyataan di Bumi Indonesia. Sedangkan masih juga harus dibuktikan oleh team Mega-Prabowo bahwa mereka tidak hanya bicara dan memberi janji, melainkan dengan sungguh-sungguh mewujudkan peran Pancasila bagi Indonesia sekarang dan masa depan.

Dalam hal demkian adalah kewajiban kita para Pejuang dan Pembela Pancasila untuk secara tegas menuntut kepada Kepemimpinan Nasional 2009-2014 agar menyadari bahwa Pancasila masih tetap menjadi Dasar NKRI. Oleh sebab itu sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI mereka wajib memberikan Pancasila peran utama dalam kehidupan bangsa dan NKRI serta menjadikannya Kenyataan dalam berbagai aspek kehidupan Negara dan Bangsa.

Hanya itu yang dapat menjamin bahwa bangsa Indonesia makin dekat kepada perwujudan Tujuan Nasional, yaitu Masyarakat Adil Makmur berdasarkan Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

RSS feed | Trackback URI

6 Comments »

Comment by Fajrin Nur Hidayat
2009-08-26 14:54:48


Salam Hormat
Saya Saya Kagum Dan Salut, Setelah Membaca Tulisan Bapak, Sebuah Icon Konsep NKRI yang sangat Mendasar dan perlu untuk dimengerti oleh Seluruh Masyarakat.
Terimakasih

2009-08-26 16:37:05


Sdr Fajrin Nur Hidayat,

Terima kasih atas komentar Saudara. Selamat Berpuasa. Salam,

Sayidiman Suryohadiprojo

 
 
2009-07-12 13:23:13


tulisan ini sangat sempurna untuk sebuah jati diri bangsa, kita berharap pemerintah yang akan datang bisa mengembalikan jati diri bangsa

2009-07-16 13:27:59


Sdr. Rusti Zainal,

Terima kasih atas tanggapan Anda.

Sayidiman S.

 
 
2009-06-16 08:56:53


Silakan Sdr Prihandoyo Kuswanto, untuk copy tulisan saya asalkan disertai nama saya. Salam,

Sayidiman S

 
Comment by PRIHANDOYO KUSWANTO
2009-06-13 15:07:12


tulisan bapak sangat baik ijin kan saya copy untuk Rumah Pancasila

 
Name (required)
E-mail (required - never shown publicly)
URI
Your Comment (smaller size | larger size)
You may use <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong> in your comment.

Trackback responses to this post