Indonesia Dan Masa Depan

Posted by Admin on Thursday, 8 October 2009 | Opini

Sayidiman Suryohadiprojo

Jakarta, 8 Oktober 2009

Dalam salah satu harian Ibu Kota diberitakan, ada seorang mahasiswa Indonesia yang belajar di Malaysia menyatakan bahwa perbedaan antara Indonesia dan Malaysia adalah : Indonesia punya Masa Lampau tetapi tak punya Masa Depan, Malaysia tak punya Masa Lampau tetapi punya Masa Depan.

Sebagai alasannya adalah bahwa kehidupan di Malaysia serba tertuju kepada tahun 2020 atau Visi 2020. Pembangunan gedung-gedung di Patra Jaya sebagai Ibu Kota Malaysia baru dibangun untuk tahun 300 tahun dan lainnya. Malaysia mengajak bangsanya untuk berpandangan jauh ke depan.

Sebaliknya di Indonesia semua dan khususnya kebijakan Pemerintah Pusat hanya tertuju pada masa depan dekat saja. Tidak ada usaha menggairahkan bangsa agar membangun dan membentuk dirinya menjadi sesuatu yang jauh lebih hebat di Masa Depan yang jauh. Sebenarnya Lagu Kebangsaan Indonesia Raya memberikan motivasi kepada bangsa untuk “membangun jiwa dan badannya untuk Indonesia Raya”, untuk Indonesia yang Besar. Tentu Besar tidak hanya dalam arti daerahnya luas, tetapi juga Besar dalam arti peradaban lahir dan batin.

Dulu di masa kepemimpinan Presiden Sukarno kita sering diajak “menggantungkan cita-cita kita pada bintang-bintang di langit, sebab kalau tidak ada di sana maka cita-cita kita terlalu rendah” (Hangt Uw idealen aan de Sterren, want als ze daar niet hangen, hangen ze te laag, kata Bung Karno selalu dengan mengacu pada ucapan seorang Belanda).

Meskipun Pak Harto sebagai Presiden kita kedua tidak dilengkapi dengan latar belakang intelektual (yang biasanya diukur dari pemahaman ilmu pengetahuan yang berasal dari Barat), seperti Bung Karno, namun Pak Harto dalam mengelola negara selalu menunjukkan pentingnya Tujuan Jangka Panjang dan Sasaran-Sasaran Jangka Menengah dan Jangka Pendek. Hal itu semua terbawa dalam perumusan Garis-Garis Besar Haluan Negara yang dilakukan oleh MPR dan harus menjadi pedoman bagi seluruh penyelenggaraan negara.

Akan tetapi sejak Reformasi peran penting MPR disunat dengan melakukan amandemen empat kali pada UUD 1945. Maka setelah Reformasi 1998 dan khususnya setelah UUD 1945 di-amandemen, MPR tidak lagi mempunyai peran seperti sebelumnya, sehingga tidak ada lagi GBHN yang membawa bangsa berpikir dan beraksi untuk mencapai Tujuan Jangka Panjang. Ditambah lagi dengan tidak ada Kepemimpinan Nasional yang mengajak dan memotivasi bangsa untuk bergerak secara dinamis menuju satu Masa Depan Jauh yang cemerlang sesuai dengan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Bangsa hanya dibawa kepada pandangan-pandangan sempit tanpa usaha menggairahkan perjuangan untuk mewujudkan sesuatu yang Besar !

Maka tidak mengherankan kalau mahasiswa kita yang sekarang sedang hidup di Malaysia membuat perbedaan demikian antara Indonesia dan Malaysia.

Mahasiswa kita itu benar bahwa bangsa yang tidak sanggup memandang ke Masa Depan dengan penuh gairah dan dinamika hanya akan menjadi bangsa kerdil yang sukar berdiri di antara bangsa-bangsa yang penuh gairah mewujudkan satu Masa Depan gemilang.

Buat kami Angkatan 1945 hal itu lebih-lebih merupakan kebenaran. Tanpa mimpi Masa Depan gemilang tak mungkin kami dulu berjuang dengan penuh dinamika dan optimisme dalam serba kekurangan menghadapi keadaan nasional maupun internasional yang penuh ketidakpastian.

Masalahnya terutama dipengaruhi oleh sifat dan kemampuan Kepemimpinan Nasional yang kita miliki. Maka pertanyaan penting yang kita hadapi adalah, apakah bangsa Indonesia masih akan mendapatkan Kepemimpinan Nasional yang dipegang oleh orang-orang yang dapat membawa bangsa Indonesia berjuang denngan penuh gairah dan dinamika untuk mewujudkan satu kondisi bangsa sebagaimana diserukan dalam Lagu Kebangsaan kita Indonesia Raya.

Ada pepatah yang berbunyi : A Nation get the Leaders it deserves ! Atau : satu Bangsa mendapatkan Pemimpin yang patut diperolehnya. Secara lebih tegas : Pemimpin satu Bangsa sesuai dengan kondisi bangsa itu. Satu bangsa yang mlempem akan mendapat pemimpin yang mlempem juga. Pendapat demikian sesuai dengan pandangan bahwa pengaruh lingkungan terhadap perorangan sangat menentukan. Pada umumnya pandangan demikian memang mengandung banyak kebenaran.

Akan tetapi di samping itu sejarah umat manusia menunjukkan bukti bahwa dalam masyarakat yang kacau dan serba tertinggal dibandingkan bagian umat manusia lainnya tiba-tiba timbul seorang yang ternyata mempunyai kemampuan yang jauh melampaui pengaruh masyarakatnya yang kurang positif. Malahan dikatakan bahwa Tuhan menurunkan Nabi-Nabi di lingkungan umat manusia yang paling kacau. Kemudian manusia itu mengembangkan kepemimpinan yang dapat menghasilkan perkembangan dan kemajuan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Maka terjadi sebaliknya, yaitu bukan masyarakat yang kuat pengaruhnya dalam menentukan pemimpinnya, tetapi pemimpin yang timbul itu membawa perkembangan dan kemajuan masyarakatnya. Itu jelas terjadi pada perkembangan agama-agama dunia yang masing-masing mempunyai dampak besar sekali pada perkembangan umat manusia.

Sekalipun tidak sehebat kepemimpinan para Nabi, juga ada pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa kemajuan bangsanya di luar prediksi pada umumnya. Contoh paling nampak sekarang adalah kepemimpinan Deng Xiaoping di China. Sekalipun tiga kali disingkirkan oleh pimpinan Partai Komunis China, Deng Xiaoping berhasil bangkit kembali untuk ketiga kalinya pula. Dan kebangkitan ketiga kali itu sangat besar dampaknya pada perkembangan China. Masyarakat China yang kacau balau, terutama sejak tahun 1965 ketika Mao Zedong sebagai pimpinan Partai Komunis China melancarkan Revolusi Kebudayaan , bangkitnya Deng Xiaoping untuk ketiga kalinya pada tahun 1979, membawa masyarakat China berubah radikal dan sekarang malahan berkembang menjadi bangsa dan negara utama di dunia. China yang selama satu generasi diliputi kondisi yang amat kacau, di mana anak membunuh orang tua dianggap biasa, sejak kepemimpinan Deng Xiaoping China berkembang sesuai sejarahnya masa lampau yang besar. Dan sekarang makin naik wibawanya dalam cakrawala umat manusia.

Ini satu perkembangan yang menunjukkan bahwa pandangan A Nation get the Leaders it deserves tidak selalu benar. Ternyata dapat terjadi satu hal yang sukar diprediksi sebelumnya, yaitu tumbuhnya seorang pemimpin dalam masyarakat yang mampu membawa bangsanya keluar dari kehinaan dan keterbelangan dan berkembang menjadi bangsa yang maju dan sejahtera. Hal demikian menimbulkan keadaan dan pandangan bahwa kita sebagai manusia tidak boleh bersifat pessimis dan mudah menyerah, karena dalam Alam ini ada kekuatan yang di luar jangkauan manusia. Untuk itu dalam masyarakat harus ada manusia-manusia yang percaya dan yakin kepada kekuasaan Tuhan dan berdasarkan itu selalu bersikap optimis, dengan selalu mengembangkan sikap, tekad dan niat untuk membawa bangsa dan masyarakatnya maju dan sejahtera.

Perjuangan itu mungkin bagi kaum pessimis yang suka menamakan diri Realis, satu sikap yang tidak realistik dan tidak rasional. Akan tetapi dalam kehidupan umat manusia yang nyata bukanlah hal yang mustahil bahwa perjuangan kaum optimis yang tidak kenal menyerah itu satu saat melahirkan keadaan yang tidak terprediksi sebelumnya. Hal mana telah dibuktikan oleh perkembangan China sejak tahun 1979 dengan bangkitnya kembali Deng Xiaoping untuk ketiga kalinya, satu perjuangan yang benar-benar tidak kenal menyerah baik secara fisik, mental maupun spiritual. Dalam kondisi China yang jauh lebih kacau dan semrawut dari pada Indonesia masa kini.

Maka itu marilah kita selalu berpikir positif dan optimis menghadapi Masa Depan Indonesia. Kita tidak menolak kenyataan sekarang bahwa Indonesia termasuk negara paling korup di dunia, yang diliputi kemiskinan meluas, lemahnya disiplin dan kurang berlakunya hukum, serta lemahnya kepemimpinan dan manajemen di segala jajaran.

Namun di samping kita tidak mengingkari kenyataan yang parah ini, kita selalu diliputi pandangan dan sikap hidup yang penuh keyakinan dan kesadaran bahwa Indonesia bisa dan akan menjadi negara dan bangsa yang besar. Besar tidak hanya dalam luasnya wilayah negara, juga tidak hanya besar karena banyaknya sumberdaya alam yang dapat memberi kesejahteraan pada manusia, tetapi juga besar dalam pandangan hidupnya sebagaimana terlukis dalam Pancasila, besar dalam sikap hidupnya yang toleran dan menjunjung tinggi kemanusiaan, besar dalam mengembangkan dinamika kehidupan yang menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan segenap rakyatnya yang besar pula jumlahnya. Dengan keyakinan dan kesaran itu kita membangun sikap hidup yang selalu optimis, tidak kenal menyerah, sanggup berpikir dan berpandangan yang tinggi untuk bangsa , dan bersedia serta berani berbuat yang paling baik untuk kepentingan negara dan bangsa.

Maka satu saat Lagu Kebangsaan Indonesia Raya akan menjadi kenyataan terwujud dengan segala akibat positifnya untuk Manusia Indonesia, Negara Republik Indonesia berdasar Pancasila dan Umat Manusia yang damai dan sejahtera.

RSS feed | Trackback URI

2 Comments »

Comment by PRIHANDOYO KUSWANTO
2009-10-30 23:40:47


Neoliberalisme yang sekarang sedang dipratekan di negeri ini,dengan bahasa politik nya pasar bebas, semua bidang Politik,ekonomi, pendidikan, budaya , semua diserahkan ke pasar bebas ,maka pupus nya jatidiri bangsa akan menghancurkan NKRI

Comment by sayidiman suryohadiprojo
2009-11-04 09:07:26


Sdr. Prihandoyo Kuswanto,

Memang benar pendapat Anda bahwa NKRI akan hancur bila neo-liberalisme dipraktekkan dalam segala bidang di Indonesia. Kalau itu terjadi maka itu indikasi bahwa kepemimpinan nasional, khususnya Presiden dan Wakil Presiden RI serta DPR, telah melupakan atau bahkan menyingkirkan Pancasila sebagai Dasar Negara. Sebab itu kita harus selalu dan terus ingatkan kepemimpinan nasional agar Pancasila diusahakan untuk menjadi kenyataan dalam khidupan bangsa Indonesia. Sedangkan di Barat sendiri sudah kuat pendapat bahwa neo-liberalisme menghancurkan kehidupan, kok di Indonesia malahan dikembangkan.
Salam, Sayidiman S.

 
 
Name (required)
E-mail (required - never shown publicly)
URI
Your Comment (smaller size | larger size)
You may use <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong> in your comment.

Trackback responses to this post