Pendidikan di Luar Negeri dan Masa Depan Indonesia

Posted by Admin on Friday, 13 May 2005 | Opini

Oleh Sayidiman Suryohadiprojo

Pendidikan di luar negeri merupakan bagian yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan satu bangsa. Hal itu juga berlaku untuk Indonesia sejak sebelum kemerdekaan hingga sekarang.

Banyaknya pemuda Indonesia sekolah di luar negeri ada dampak positif dan negatifnya, baik untuk bangsa secara keseluruhan maupun untuk pribadi masing-masing. Dampak positif adalah bahwa bangsa akan memperoleh tenaga terdidik di sekolah yang baik dan membawa pulang berbagai kemampuan yang bermanfaat bagi bangsa.

Kalau yang mengirimkan orangtua atas biaya sendiri, bangsa memperoleh manfaat itu tanpa negara kehilangan dana yang berharga. Kemampuan yang terbentuk di luar negeri, apabila dipilih sekolah yang tepat, akan meningkatkan kemampuan bangsa. Apalagi kalau itu menyangkut disiplin ilmu atau kecakapan teknologi yang belum ada pendidikannya di Indonesia atau sudah ada tetapi belum cukup bermutu.

Dampak positif bagi pribadi adalah bahwa ia dibiasakan untuk berada di lingkungan bangsa lain. Apalagi kalau di sekolahnya ia juga bersama dengan bangsa tamu lainnya. Hal ini membuatnya terbiasa berhadapan dengan macam-macam bangsa. Ia tidak hanya menjadi cakap dalam bidang studi yang ia geluti, tetapi juga akan menguasai bahasa asing, baik bahasa tuan rumah maupun bahasa Inggris kalau ia belajar di negara yang bukan berbahasa Inggris.

Akan tetapi, juga ada kemungkinan dampak negatif bagi bangsa. Tidak mustahil bahwa pelajar itu menjadi demikian terpesona dengan kehidupan tuan rumah sehingga lambat laun menjadikannya tercabut dari kehidupan bangsanya sendiri. Cara berpikir dan perasaannya sepenuhnya berubah dan menjadikannya bersikap hidup menyamai bangsa tuan rumah.

Hal ini menimbulkan kompleks inferioritas pada dirinya dan menilai bangsanya sendiri kurang bermakna bagi masa depannya. Apalagi kalau ia kemudian begitu merendahkan diri dengan merugikan bangsanya sendiri untuk keuntungan bangsa di mana ia bersekolah. Hal seperti itu banyak terjadi dalam masa Perang Dingin dan organisasi intelijen makin besar perannya dalam kehidupan internasional.

Bagi pribadi yang kurang kuat akarnya pada bangsanya sendiri akan terjadi alienasi dengan bangsanya ketika ia kembali pulang. Akibatnya adalah bahwa ia akan mengalami kesulitan untuk hidup normal di lingkungan bangsanya sendiri. Ini semua juga berakibat negatif bagi bangsa, tidak saja karena banyak biaya hilang tanpa manfaat maupun malahan dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan masyarakat.

Indonesia telah mendapat manfaat besar dari pemudanya yang belajar di luar negeri kalau pemuda itu belajar dengan sungguh-sungguh sehingga memperoleh kemampuan yang amat bermanfaat bagi Indonesia dan ia selalu sadar akan kebangsaannya. Banyak pemimpin nasional kita termasuk kategori itu, antara lain, Bung Hatta dan Bung Syahrir.

Juga bangsa Indonesia memperoleh pakar berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermutu, seperti almarhum Prof Dr Maria Ulfah Subadio, almarhum Prof Dr Sumitro Djojohadikusumo, dan almarhum Prof Dr Sumantri Brodjonegoro. Setelah Indonesia merdeka makin banyak diperoleh lulusan pendidikan luar negeri yang bermanfaat bagi bangsa.

Akan tetapi, juga kemudian datang kembali orang-orang yang kurang bermanfaat, malahan merugikan bangsa. Sebab, tidak semua belajar dengan baik di luar negeri atau mereka kurang kuat pijakannya di bumi Indonesia ketika berangkat ke luar negeri.

Mulai sekarang kita harus lebih waspada menghadapi persoalan ini. Sebab, dapat kita perkirakan bahwa makin banyak pemuda Indonesia akan sekolah di luar negeri.

Sebab, secara obyektif peningkatan mutu pendidikan di Indonesia masih memerlukan waktu panjang. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain keterbatasan dana pemerintah dan suasana pendidikan yang kurang kondusif.

Padahal, di samping tingginya angka kemiskinan, dalam kenyataan ada segolongan orang Indonesia yang kekayaannya menyamai orang di negara maju. Jumlah mereka mencapai jutaan orang, kalau 1 persen saja dari penduduk Indonesia termasuk orang kaya. Mereka cenderung menyekolahkan anaknya di luar negeri agar masa depannya terjamin.

Tidak dapat diingkari bahwa di Indonesia ada sekolah yang bermutu. Namun, jumlahnya terbatas sekali dan belum tentu anak orang kaya cukup prestasinya untuk diterima di sekolah demikian. Juga mulai ada universitas luar negeri ternama mengadakan kerja sama dengan universitas di Indonesia yang bermutu. Akan tetapi, orang yang besar kemampuan keuangannya umumnya memilih pergi ke universitas diluar negeri.

Itu semua tidak dapat dicegah atau dilarang, sebaliknya malahan harus disyukuri. Yang penting adalah bahwa hasil pendidikan di luar negeri itu nanti menguntungkan, tidak hanya bagi yang belajar, tetapi juga bagi bangsa.

Harus diusahakan agar kerugian yang dapat terjadi pada bangsa dibuat seminimal mungkin. Sebab, hakikatnya kekayaan yang digunakan untuk membiayai pendidikannya di luar negeri adalah kekayaan yang bersumber pada Tanah Air Indonesia. Orangtuanya menjadi kaya karena memanfaatkan sumber daya yang berasal dari bumi Indonesia.

Meskipun pelajar itu tidak menggunakan uang negara, pemerintah wajib mengawasi agar uang itu digunakan dengan semestinya. Pertama, harus diawasi dan bila mungkin dipengaruhi agar setiap pelajar/mahasiswa belajar dengan sungguh-sungguh. Bukan rahasia bahwa di Amerika ada mahasiswa Indonesia yang belajar sembarangan sehingga tidak jarang menjadi cemoohan mahasiswa Jepang dan Korea yang sangat tidak setuju dengan mahasiswa hidup mewah dan tidak belajar betul.

Hendaknya para Atase Pendidikan yang ada di setiap KBRI melakukan pengawasan ini dengan tepat dan bijaksana. Para mahasiswa dirangsang agar dapat menyelesaikan studinya tepat waktu dan tidak memboroskan kesempatan dan dana. Syukur sekali kalau mahasiswa Indonesia menonjol prestasi dalam menempuh pendidikannya.

Kedua, perlu diusahakan agar para pelajar/mahasiswa mantap kesadarannya sebagai bangsa Indonesia. Adalah mungkin bahwa mereka sangat menghargai prestasi bangsa tuan rumah. Akan tetapi, pesona terhadap bangsa lain itu jangan sampai menimbulkan sikap inferioritas sehingga mengorbankan bangsanya sendiri.

Sebaliknya, pesona terhadap bangsa tuan rumah justru menjadi cambuk untuk menghasilkan prestasi yang meningkatkan harga diri bangsa Indonesia. Organisasi mahasiswa Indonesia di negara tuan rumah perlu diaktifkan sehingga para mahasiswa Indonesia sebanyak mungkin dibawa dalam kebersamaan untuk mengimbangi kehidupannya dalam masyarakat asing.

Mahasiswa yang tidak mau turut dalam organisasi itu perlu diingatkan dan diawasi karena mungkin akan menjadi faktor negatif bagi bangsa di hari kemudian.
Ketiga, para mahasiswa perlu diingatkan bahwa mereka mungkin menjadi sasaran bagi usaha tuan rumah guna kepentingannya. Baik organisasi mahasiswa maupun Atase Pendidikan dan Atase

Pertahanan melakukan pertemuan mahasiswa secara berkala untuk menjelaskan berbagai informasi perkembangan dunia dan Indonesia.

Memang sulit untuk mengawasi kegiatan intel tuan rumah di masa studi karena mahasiswa yang kena diikat tuan rumah baru diaktifkan setelah ia kembali di Indonesia. Seperti adanya LSM tertentu yang sepenuhnya dibiayai dengan dana AS dan aktivitasnya mengarah kepada kepentingan AS serta dipimpin bekas mahasiswa di AS.

Hal demikian mau tidak mau menimbulkan kesangsian terhadap niat LSM itu. Apalagi ketika ada orang-orang AS aktif menunjang kegiatan LSM tersebut, maka hal itu menimbulkan kekhawatiran banyak orang Indonesia.

Memang hal demikian tidak terbatas pada mereka yang belajar di luar negeri. Seorang lulusan dalam negeri pun dapat terjerat oleh intel negara lain. Jadi kewaspadaan ini tertuju ke semua arah. Namun, karena kita menginginkan manfaat maksimal dari pemuda kita yang belajar di luar negeri, maka hal ini perlu diingatkan secara khusus.

Kita ingin agar mereka yang belajar di luar negeri dan memperoleh kesempatan yang jauh melebihi pemuda Indonesia lainnya, terangsang untuk menghasilkan prestasi setinggi-tingginya setelah selesai menempuh pendidikan.

Prestasi tinggi bagi dirinya hendaknya juga menjadi manfaat besar bagi bangsanya. Apakah mereka memilih menjadi ahli sains, pakar ilmu sosial, usahawan, atau politikus tidak menjadi soal. Yang penting adalah bahwa kegiatan dan prestasi yang mereka hasilkan langkah demi langkah membuat bangsa Indonesia maju, sejahtera, dan berwibawa.

Source : http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0505/13/opini/1744903.htm

RSS feed | Trackback URI

Comments »

No comments yet.

Name (required)
E-mail (required - never shown publicly)
URI
Your Comment (smaller size | larger size)
You may use <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong> in your comment.

Trackback responses to this post