Disiplin Menjamin Keberhasilan

Posted by Admin on Tuesday, 17 February 2004 | Opini

Oleh Sayidiman Suryohadiprojo

SEMOGA kita semua sadar dan yakin akan perlunya disiplin bagi kemajuan bangsa. Namun, kesadaran dan keyakinan saja masih jauh dari kenyataan adanya disiplin. Sebab itu, disiplin harus ditegakkan.

Penegakan disiplin dipengaruhi sifat bangsa dan manusianya. Masyarakat Jepang-yang amat dipengaruhi rasa malu dan solidaritas kelompok-jauh lebih mudah menegakkan disiplin daripada masyarakat yang sifatnya individualis. Sebenarnya masyarakat Indonesia dilandasi sifat gotong royong, tetapi sifat itu sudah terkikis oleh persentuhan dengan bangsa lain yang sifatnya individualis, terutama bangsa Barat. Dalam kenyataannya kini bangsa Indonesia sudah amat individualis, khususnya masyarakat di perkotaan. Sebab itu, penegakan disiplin amat dipengaruhi peran kepemimpinan di semua tingkat dan bidang masyarakat, terutama kepemimpinan nasional paling atas.

Penegakan disiplin amat bergantung pada komitmen kepemimpinan. Penyebab utama Gerakan Disiplin Nasional (GDN) tahun 1990-an tidak berhasil adalah kurangnya komitmen kepemimpinan. Meski dipimpin Menko Polkam (alm) Soesilo Soedarman yang secara pribadi bersemangat, GDN tidak cukup dukungan dari kepemimpinan paling atas dan sekelilingnya yang diikuti kepemimpinan lebih rendah. Akibatnya, GDN tidak berhasil.

KOMITMEN pertama dan utama adalah teladan yang harus diberikan para pemimpin, terutama yang paling atas. Tidak perlu hidup menjadi dewa untuk dapat menjadi teladan bagi orang lain. Wakil Presiden Moh Hatta dan Panglima Besar Sudirman merupakan teladan yang baik, meski mereka memiliki kekurangan sebagai manusia. Yang penting, pemimpin menyadari, ia perlu menjaga sejauh mungkin kehidupannya sesuai aturan yang ada serta perasaan masyarakat pada umumnya. Dan terutama, adanya usaha maksimal untuk berbuat sesuai omongan sendiri. Tampaknya ini tidak sukar, tetapi justru dalam praktik paling sulit dilakukan para pemimpin di Indonesia.

Namun, teladan saja tidak cukup karena selalu ada orang yang tidak mau mengikuti teladan yang telah diberikan. Sebab itu, harus ada pemaksaan (enforcement) agar semua orang mengikuti aturan yang ada atau sudah ditetapkan. Tanpa pemaksaan akan ada pelanggaran peraturan tanpa kena sanksi. Hal itu menimbulkan ketidakadilan yang dirasakan oleh mereka yang berdisiplin, apalagi bila itu menyangkut kemudahan. Seperti dibiarkannya banyak pelanggaran di Indonesia, khususnya para koruptor, tanpa ada hukuman setimpal. Hal itu dirasakan amat tidak adil bagi mereka yang selalu menjaga kejujuran dan ketepatan (correct behaviour). Ada orang yang amat fanatik terhadap demokrasi mengatakan, pemaksaan bertentangan dengan demokrasi. Namun, demokrasi mustahil ada tanpa berkuasanya hukum, sedangkan kekuasaan hukum tidak bebas dari berfungsinya pemaksaan.

Untuk pemaksaan yang efektif dan menjamin rasa keadilan, pimpinan harus mempunyai aparat yang dapat diandalkan. Hal ini amat bergantung pada orang-orang yang ada dalam aparat itu. Bila kini lalu lintas di Jakarta amat semrawut, itu terutama disebabkan karena polisi lalu lintas masih belum berfungsi sebagaimana mestinya.

Pada awal abad ke-20 AS mengalami masalah korupsi di masyarakat, meluas ke aparat hukum dan kepolisian. Kepemimpinan AS terpaksa membentuk badan baru, Biro Investigasi Federal AS (FBI) guna membersihkan aparat hukum, kepolisian, dan masyarakat.

Yang menentukan efektivitas FBI adalah yang dipilih sebagai pimpinan, karena dialah yang harus menjamin badan baru itu tidak korup. Pemimpin FBI Edgar Hoover adalah orang yang amat correct dan pandai memilih anggotanya yang juga andal sikap hidupnya, menguasai ilmu hukum, dan tegas tindakannya. Aparat itulah yang langkah demi langkah membersihkan AS dari korupsi yang menggurita. Hingga kini di AS ada korupsi, tetapi tingkatnya tidak lagi menimbulkan kerawanan kehidupan masyarakat.

Kini di Indonesia sudah dibentuk aparat baru untuk memberantas korupsi, yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pemimpin KPK harus seorang yang sama sekali tidak diragukan integritasnya dan kesungguhannya membentuk aparat andal, lalu dengan aparat itu membersihkan segala ketidakberesan yang ada. Tetapi itu baru efektif bila KPK sepenuhnya mendapat dukungan kepemimpinan paling atas. Konsekuensinya adalah ada yang dihukum berat atau ringan. Dengan cara demikian, aparat hukum dan kepolisian dapat dibersihkan dan dapat digunakan secara efektif untuk membersihkan masyarakat.

Hal ini akan mempengaruhi penegakan disiplin, menyangkut aneka pembuatan dan pelaksanaan undang-undang dan peraturan. Suasana baru akan terwujud yang membuat masyarakat Indonesia lebih andal kerjanya, orang Indonesia lebih dapat dipercaya kejujuran dan kesungguhannya, serta lebih bergiat mewujudkan kemajuan bagi diri maupun bangsanya.

KITA ingat tahun 1970-an saat Singapura baru saja bergerak maju. Ketika itu tindakan polisi amat tegas terhadap tiap pelanggaran lalu lintas. Melewati garis tanda berhenti sedikit saja saat lampu lalu lintas menyala merah dikenakan denda 25 dollar Singapura. Warga yang semula tidak terlalu memberi perhatian kepada kebersihan dipaksa mengubah cara hidupnya sehingga Singapura menjadi kota yang amat bersih. Hal itu mempengaruhi suasana bekerja masyarakat dan mendorong produktivitas naik.

Hal serupa terjadi di Cina yang berantakan akibat revolusi kebudayaan. Kata Zhu Rongji, mantan perdana menteri yang membantu Deng Xiaoping dan Jiang Zemin dalam menggerakkan kemajuan Cina yang spektakuler: Bangsa Cina akan seperti lalu lintas Beijing bila tidak dipaksa berdisiplin, yaitu berjalan semau gue yang menghasilkan kondisi kota yang kacau. Tanpa ampun Zhu Rongji menghukum pejabat yang tidak mengikuti aturan yang ditetapkan. Itulah yang menghasilkan kemajuan Cina yang bermula di pantai Timur dan kini meluas ke pedalaman.

Kita doakan semoga orang yang terpilih sebagai Presiden RI tahun 2004 mempunyai niat dan tekad kuat untuk berbuat serupa. Dalam lima tahun kepemimpinannya ia dapat membuat sejarah amat brilian bagi diri dan bangsa Indonesia, bila ia mengusahakan penegakan disiplin yang makin kuat dalam masyarakat. Bila ia terlalu mementingkan politik, ia tidak akan berhasil, sebab acapkali politik yang erat hubungannya dengan kepentingan menjadi bertentangan dengan disiplin yang menegakkan aturan.

Ia harus mempengaruhi seluruh kepemimpinan bangsa agar konsisten dalam menjaga makin meluas dan kuatnya disiplin di semua unsur pemerintah dan masyarakat. Buahnya akan dirasakan saat bangsa Indonesia makin maju, makin sejahtera, dan diliputi rasa keadilan yang merata.

Source : http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0402/17/opini/836576.htm

RSS feed | Trackback URI

Comments »

No comments yet.

Name (required)
E-mail (required - never shown publicly)
URI
Your Comment (smaller size | larger size)
You may use <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong> in your comment.

Trackback responses to this post