Pengaruh Kondisi Alam Terhadap Faktor Mental

Posted by Admin on Wednesday, 14 December 2005 | Opini

Oleh Sayidiman Suryohadiprojo, Mantan Gubernur Lemhannas

MANUSIA Indonesia yang hidup dan tumbuh di alam Indonesia tidak lepas dari pengaruh lingkungannya. Alam Indonesia memungkinkan kehidupan relatif mudah dan ringan dibandingkan dengan kehidupan di alam dengan empat musim. Di alam Indonesia, matahari bersinar sepanjang tahun dengan derajat panas yang tidak banyak beda dari musim satu ke musim lain, yaitu 30 hingga 37 derajat celsius.

Berbeda dengan alam empat musim yang terbagi dalam musim panas, musim rontok, musim dingin dan musim semi. Di musim panas dapat dialami cuaca yang panasnya di atas 40 derajat celsius. Sedangkan di musim dingin, cuaca dingin sekali dengan tingkat panas sekitar atau di bawah nol derajat celsius dengan banyak salju.

Musim dingin amat membatasi kehidupan manusia. Selain cuaca dingin menimbulkan rasa kurang enak bagi tubuh manusia, jatuhnya salju mengakibatkan hambatan untuk bergerak dan hidup normal. Tanaman tidak dapat tumbuh lagi sehingga me ngurangi bahan makanan manusia.

Maka, alam empat musim menimbulkan banyak tantangan kepada manusia yang hidup di dalamnya. Manusia harus benar-benar berjuang untuk hidup. Semua keperluan untuk hidup dan survive dalam musim dingin memaksa manusia untuk selalu berusaha secara giat dan tidak mengizinkan sikap hidup yang seenaknya.

Ini berbeda dengan manusia yang hidup dalam satu musim seperti Indonesia. Pakaian untuk menutupi tubuh manusia tidak perlu berbeda sepanjang tahun karena derajat panas selalu sama. Makanan pun dapat diperoleh sepanjang tahun karena terus menerus ada tumbuh-tumbuhan yang hidup dan dapat dimakan.

Ia tidak perlu menyediakan bahan pemanas rumah karena tidak pernah menghadapi cuaca dingin yang berlebihan. Dengan begitu, alam satu musim tidak terlalu menyulitkan kehidupan manusia. Apalagi keadaan alam Indonesia menyediakan kekayaan yang amat banyak berupa tanah yang subur dan lautan serta perairan yang kaya dengan ikan dan bahan lain yang dapat dimakan.

Maka, alam Indonesia selain mudah bagi kehidupan karena cuaca yang ramah, juga mengandung banyak kemurahan karena orang tidak perlu terlalu giat untuk dapat memenuhi keperluan hidup secara memuaskan. Akibatnya adalah bahwa manusia Indonesia menganggap kehidupan mudah dan murah. Orang tidak perlu terlalu bergiat atau berjuang untuk dapat hidup secara baik.

Selama dan ketika manusia Indonesia hanya berurusan dengan sesama manusia Indonesia atau orang yang berasal dari bagian dunia dengan alam serupa Indonesia, tidak ada persoalan. Persoalan mulai timbul ketika manusia Indonesia harus berhadapan dengan manusia dari alam empat musim, yang terbiasa untuk hidup keras dan giat untuk memelihara kelangsungan hidupnya.

Kesulitan

Meskipun manusia Indonesia mempunyai bakat kecerdasan dan keprigelan yang tinggi dan tidak kalah dari manusia empat musim, akan tetapi karena kecerdasan dan keprigelan manusia Indonesia tidak terbiasa mendapat tantangan untuk mengatasi sesuatu yang sukar dan berat, ia mengalami kesulitan kalau harus berhadapan dan bersaing dengan manusia empat musim yang oleh alamnya dibiasakan berjuang berat untuk hidup.

Lambat laun manusia Indonesia mengalami kekalahan karena juga daya tahannya (ausdauer) tidak terbiasa untuk bergiat untuk jangka panjang.

Inilah sebabnya mengapa bangsa Indonesia yang sudah mencapai peradaban tinggi dalam kerajaan seperti Sriwijaya dan Majapahit, dapat dikalahkan oleh bangsa Belanda dan bahkan dijajah lama, di Jawa sampai 300 tahun.

Padahal orang Belanda datang dari jauh seberang lautan dan harus berlayar selama lebih dari tiga bulan ketika pertama kali datang di Indonesia. Jumlah orang Belanda bahkan lebih sedikit dari orang yang tinggal di pulau Jawa saja. Kekalahan ini disebabkan terutama oleh kekuatan mental manusia Indonesia yang kurang memadai.

Orang Indonesia di Jawa baru agak mampu melawan Belanda ketika Pangeran Diponegoro berontak. Meskipun begitu, perang yang berlangsung dari 1825 hingga 1830 pun dimenangkan Belanda. Kembali, di sini banyak bukti kelemahan mental karena kekalahan Diponegoro disebabkan ia ditinggalkan orang-orangnya sendiri yang tidak tahan berjuang lama dan menyerah atau berpihak kepada Belanda.

Kekuatan mental manusia Indonesia baru menguat dalam abad ke-20. Mulai ada pergerakan kebangsaan melawan Belanda yang akhirnya berkembang menjadi Perang Kemerdekaan dari 1945 hingga 1949 yang berhasil me- ngusir Belanda dari bumi Indonesia.

Ini satu bukti bahwa kekuatan mental manusia Indonesia dapat menjadi kuat dan tidak perlu kalah dari manusia empat musim. Mungkin sekali perubahan itu akibat dari tantangan menghadapi kuatnya penderitaan yang ditimbulkan penjajahan Belanda, khususnya setelah tahun 1830 ketika Belanda mulai menjalankan politik Cultuur Stelsel yang kejam.

Hal itu diperkuat lagi oleh penjajahan Jepang yang sekalipun hanya berlangsung 3,5 tahun, tetapi bersifat kejam sekali. Itulah yang membuat mental manusia Indonesia kuat seperti Gatotkaca yang ditempa dalam Kawah Chandradimuka sehingga berhasil mengusir Belanda.

Toh, sebetulnya masih banyak orang Indonesia yang tidak turut melawan Belanda. Mereka pasif belaka atau bahkan berpihak kepada Belanda. Padahal di antara mereka banyak orang pintar, tetapi karena kurang kekuatan mental maka mereka tergolong orang Indonesia yang tidak sanggup melawan Belanda.

Meskipun dapat mengalahkan Belanda belum berarti bangsa dan manusia Indonesia sudah mampu menghadapi manusia empat musim.

Terutama ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Yang dihadapi tidak hanya manusia Belanda, tetapi juga manusia Jepang, Cina, Korea, Eropa, Amerika yang semuanya lebih kuat dari Belanda.

Nampak dan terasa sekali bahwa manusia Indonesia kalah kemampuannya bukan semata-mata karena kurang potensi kecerdasan dan keprigelan, tetapi karena kalah kuatnya disiplin, semangat mencapai keberhasilan, komitmen dan tahan lama (ausdauer).

Tidak mungkin dapat dicapai prestasi tinggi dalam bidang apa pun tanpa disiplin yang kuat, semangat untuk berhasil, komitmen dan tahan lama atau ausdauer.

Inilah tantangan berat yang kita hadapi dalam membangun manusia dan bangsa Indonesia untuk mencapai kesejahteraan dan memelihara kemerdekaannya dalam kondisi umat manusia yang penuh persaingan.

Source : 14 Desember 2005, Suara Pembaruan

RSS feed | Trackback URI

Comments »

No comments yet.

Name (required)
E-mail (required - never shown publicly)
URI
Your Comment (smaller size | larger size)
You may use <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong> in your comment.

Trackback responses to this post