The Jakarta Post , Jakarta | Mon, 03/31/2003 9:47 AM Sayidiman Suryohadiprojo, Former Governor, National Resilience Institute (Lemhanas), Jakarta We are now into the second week of the American aggression against Iraq and people are starting to wonder how long this affair will last. Many people, especially in the U.S., thought the aggression would be a light and quick adventure for its armed forces, with its overwhelming technological superiority. Not only is the Iraqi army smaller in number than its U.S., British and Australian opponents, it also cannot hope to match the U.S. firepower and mobility. It looks very much like a fight between David and Goliath. However, it seems that the fighting is not just decided by the size of the armies and their technological capabilities. An equally, perhaps even more, important factor is the fighting spirit of the Iraqi people and its army. The Americans are aware of this and have taken the necessary measures to minimize that factor. Even before the invasion started the Americans had begun read more .....
Jakarta, 27 Maret 2003 14:50 Indonesia harus bersikap taktis dan realitis dalam menyikapi krisis dan perang yang terjadi di Irak, agar tidak merugikan kepentingan dan posisi Indonesia khususnya dalam hubungan diplomatiknya dengan Amerika Serikat (AS). "Wacana untuk memboikot seluruh kegiatan ekonomi aset AS di Indonesia, dan tuntutan agar Indonesia keluar dari PBB merupakan tindakan yang kurang taktis dan realistik," kata mantan Gubernur Lemhanas, Letjen (Purn) Sayidiman Suryohadiprodjo di Jakarta, Kamis. Indonesia sebagai negara besar, menurut dia, hendaknya mampu menggalang kekuatan guna memperkuat posisi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam menekan AS untuk segera menghentikan invasinya terhadap Irak. "Indonesia bersama negara lain yang cinta damai, seperti negara-negara anggota Gerakan Non Blok (GNB) harusnya menggalang kekuatan guna dukung PBB agar tidak sepenuhnya dimanfaatkan oleh AS untuk memperoleh legalitas dalam melancarkan agresi militernya, bukan malah keluar," ujar Sayidiman. Ia menilai, sikap read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo Mantan Gubernur Lemhannas BANYAK orang, termasuk Presiden AS George Bush dan Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld, bertanya: berapa lama Irak kuat menahan serangan militer AS dan koalisinya yang mempunyai keunggulan besar dalam teknologi. Kalau membandingkan kekuatan militer Irak dengan kekuatan koalisi Amerika-Inggris, bayangan kita adalah bagaikan anak kecil yang mau dimakan raksasa. Namun, AS terlalu mengandalkan kekuatan daya tembaknya yang memang hebat sekali dengan berbagai macam misil dan bom pintar (smart bombs) yang ditembakkan atau dijatuhkan pesawat terbangnya. Sebab, sudah terbukti dalam sejarah, daya tembak saja tidak dengan sendirinya memaksa lawan untuk kalah, kecuali bila ia menyerah karena tidak tahan dihujani tembakan jarak jauh itu. Hanya Jepang yang pernah menyerah setelah dijatuhi bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, padahal kekuatan inti AS masih jauh dari Jepang. Selalu diperlukan kekuatan militer darat guna memanfaatkan hasil daya tembak untuk memaksa musuh menyerah. Maka, read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 19 Maret 2003 Sekarang belum juga selesai debat tentang boleh atau perlu tidaknya TNI tetap mempunyai organisasi territorial ( org.terr.). Kalangan sipil tertentu menghendaki orgterr ditiadakan oleh karena menjadi sarana bagi peran politik TNI yang merugikan masyarakat. Tidak ada yang menyangkal bahwa dalam 20 tahun terakhir Orde Baru orgterr telah disalahgunakan oleh yang berkuasa dan lebih menjadi sarana untuk menekan rakyat dari pada menjalankan fungsinya yang sebenarnya. Penyalahgunaan itu, disadari atau tidak, justru amat bertentangan dengan hakikat orgterr. Sebab fungsi terr TNI adalah terutama untuk merebut kepercayaan rakyat sehingga rakyat bersedia untuk bersama TNI menghadapi persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia. Namun penyalahgunaan sesuatu hal belum tentu menjadikan hal itu tidak bermanfaat, apalagi bertentangan dengan keperluan manusia. Berapa banyak contoh tentang penyalahgunaan agama sehingga amat merugikan kehidupan manusia dan malahan bertentangan dengan hakikat agama itu read more .....
The Jakarta Post , Jakarta | Tue, 03/18/2003 9:06 AM Sayidiman Suryohadiprojo, Former Governor, National Resilience Institute, (Lemhanas), Jakarta War in Iraq seems to be inevitable now and it is only a matter of days, or even hours, before the U.S. military machine starts to roll. The Azores summit and, in particular, statements by President George W. Bush and Vice President Dick Cheney, which stressed the need for maintaining credibility, are clear and strong indications of the inevitability of war. The important question for us in Indonesia is how that war could affect us and our country. The duration of the war and performance of the U.S. military will significantly determine how the war will affect the world, including Indonesia. The duration of the war includes military operations to defeat the Iraq military resistance but also the consolidation of this military success to achieve its political objectives. With its military-technological superiority, the U.S. will be able to defeat Iraqi regular military resistance very read more .....
By Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, March 5, 2003 The US seems to be very serious in going to war with Iraq. Some of its leaders have stated that the US will proceed with its war even without a UN resolution. They say that credibility is at stake and the concentration of military power in the Gulf area will not allow for a cancellation of the war. But people with even a little legal background are wondering whether the US leaders have considered the legal aspects of war. Perhaps those leaders are thinking that might is right. And because history has proven that the US has been able to get away many times without being accused of having infringed the Laws of War, this time it will also be successful. . The aerial bombing of cities in Germany like Dresden and Hamburg in World War II was clearly against the Hague Rules of Aerial Warfare (signed February 19, 1923). Article 22 and 24 state that aerial bombardments are only legitimate when directed exclusively against military objectives, while an attack against the civilian population read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo Sejak diterbitkannya UU no. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia di Indonesia berjalan pengadilan untuk menyelesaikan pelanggaran HAM berat. Yang dimaksudkan pelanggaran HAM berat adalah kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Maka telah dimulai pengadilan untuk menyelesaikan masalah Timor Timur menyangkut segala peristiwa setelah terjadinya Jejak Pendapat pada 30 Agustus 1999. Semoga proses pengadilan tersebut dapat mengungkapkan secara jujur dan obyektif segala peristiwa yang telah terjadi sehingga dapat mengakhiri segala kerisauan yang masih ada, baik di lingkungan rakyat Timor Timur maupun rakyat Indonesia. Namun hal itu hanya akan tercapai kalau Pengadilan HAM untuk Timor Timur dapat menghasilkan Keadilan dan tidak menjadi tempat dan sarana untuk melakukan Pembalasan terhadap pihak yang kurang disukai. Sebab itu harus dikembangkan niat kuat untuk bersikap jujur dan obyektif pada semua pihak yang tersangkut dalam pengadilan tersebut Hal di atas perlu ditegaskan karena read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo Mantan Gubernur Lemhannas GLOBALISASI mendatangkan banyak persoalan baru bagi manusia. Jangankan untuk satu negara berkembang yang masih lemah ekonominya, negara sudah maju sekalipun ditimpa persoalan baru yang sukar diatasi. Bahkan sebagai negara terkaya di dunia, AS tidak bebas dari masalah yang ditimbulkan globalisasi, seperti digambarkan pakar-pakar Barat seperti Peter Drucker dalam buku terbarunya Managing in the Next Society dan lainnya. Yang jelas adalah, di bidang ekonomi, globalisasi mengakibatkan jurang makin lebar antara kaya-miskin. Tidak hanya antara bangsa sudah maju dan kaya dengan negara berkembang yang miskin, tetapi juga pada tiap bangsa kian melebar kesenjangan antara kaya yang sedikit dengan rakyat miskin yang banyak. THOMAS Friedman dalam buku The Lexus and the Olive Tree, dengan bagus dan jelas mengurai makin tajamnya perbedaan antara kaya-miskin. Yang dipakai sebagai penjelasan adalah perkembangan dunia olahraga AS, khususnya bola basket dengan NBA-nya. Dalam tim Chicago Bulls, read more .....