Oleh Baihaki Hikmah Sangat menarik untuk disimak mengenai wacana hak pilih TNI (atau tepatnya hak TNI untuk memilih) yang muncul sebagai pandangan bagi publik akhir-akhir ini. Media massa tampak begitu antusias mewadahi berbagai inspirasi, mulai dari respons para politikus, pengamat, akademisi, bahkan respons dari kalangan keluarga besar TNI, khususnya para pensiunan jenderal TNI. Sebagaimana dikemukakan sejumlah sesepuh TNI, yang menyerukan agar TNI lebih dekat dengan rakyat, tanpa harus berpolitik praktis. Seruan ini disampaikan oleh sejumlah mantan petinggi TNI usai melakukan acara silaturahmi di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta beberapa waktu lalu. Menurut salah seorang sesepuh TNI, Letjen (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo, karena TNI punya komando teritorial bila tidak dekat dengan rakyat, maka TNI tidak dapat menjalankan tugasnya. Ia mencontohkan, bagaimana dalam sejarah TNI ketika berhasil menumpas pemberontak PRRI/Persemesta. Keberhasilan ini tidak lepas dari kedekatan TNI dengan rakyat. Begitu pula ketika Belanda mendirikan read more .....
Koran Tempo, 27 September 2006 Prajurit TNI dilarang mengkampanyekan partai tertentu agar menjadi pemenang pemilu Sudah hampir satu jam Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto terduduk takzim. Di antara para seniornya yang duduk satu meja, seperti Try Sutrisno, Edi Sudrajat, dan Wiranto, ia tampak khusyuk menyimak pidato Letnan Jenderal (Purnawirawan) Sayidiman Suryohadiprojo. Sesekali kepalanya manggut-manggut tanda setuju atas paparan mantan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional itu di Markas Besar TNI Angkatan Laut Cilangkap, Kamis pekan lalu. Sayidiman secara normatif mengurai kembali soal pentingnya profesionalisme dan soliditas TNI. "TNI harus lebih dekat dengan rakyat tanpa harus berpolitik," katanya. Ia sama sekali tak secara eksplisit membicarakan soal hak pilih TNI, isu paling hangat di lingkungan keluarga besar TNI. Isu tersebut sehari sebelumnya dibahas intens dalam rapat pimpinan TNI yang dibuka langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Boleh jadi Sayidiman tak mau terlibat dalam kontroversi wacana tersebut. read more .....
PUSPEN TNI (22/9) – Peserta Rapim TNI Terbatas tahun 2006 mengadakan silaturahmi dengan Sesepuh TNI di Gedung Serba Guna Mabes TNI AL Cilangkap Jakarta Timur, Kamis (21/9). Silaturahmi tersebut merupakan suatu forum komunikasi antar Generasi 45, Generasi Penerus dan Generari Muda, sehingga terdapat Visi dan Persepsi tentang TNI dan ke Indonesiaan akan selalu terpelihara secara abadi. Dalam sambutannya Panglima TNI mengatakan, terbentuknya pemahaman Bapak-bapak terhadap tugas dan tanggung jawab Generasi Muda TNI, terutama pada era Reformasi, secara tidak langsung akan bermanfaat bagi pelaksanaan tugas TNI. Sebaliknya kami pun akan selalu berusaha untuk menjadikan keteladanan Generasi 45, sebagai inspirasi bagi pelaksanaan tugas yang tidak semakin ringan saat ini dan pada masa yang akan datang. Dukungan moril dan pemikiran strategis selalu diharapkan oleh TNI bagi tetap kokohnya NKRI. Sejalan dengan Reformasi Nasional yang muncul akibat tuntutan zaman, secara perlahan tapi pasti dan konsisten, TNI melaksanakan langkah-langkah read more .....
Pemantapan Nilai Kejuangan TNI penting bagi masa depan Indonesia. Pemantapan Nilai Kejuangan TNI akan membuat TNI lebih mampu dan efektif dalam menjaga Kedaulatan Negara dengan menjalankan Pertahanan Negara dan Bangsa. Meskipun serangan dari negara lain terhadap wilayah Indonesia pada waktu ini mungkin bukan hal yang akut, tetapi TNI harus selalu menjaga Daya Tangkal bangsa. Mutunya sebagai tentara professional, tentara rakyat dan tentara nasional harus ditingkatkan dengan melakukan Pemantapan Nilai Kejuangan TNI. Efektivitas Daya Tangkal itu akan makin mengurangi kemungkinan terjadinya gangguan dari luar, seperti Masalah Ambalat beberapa waktu yang lalu. Juga akan mengurangi hasrat untuk mengganggu Negara dari dalam. Jaminan terhadap keamanan nasional itu memperkuat kondisi bangsa untuk membangun kesejahteraan yang lebih tinggi bagi rakyat seleruhnya. Di samping itu menyediakan posisi tawar (leverage) yang bernilai bagi diplomasi Indonesia dan hubungan internasionalnya. Pemantapan Nilai Kejuangan TNI juga penting untuk menghadapi read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo, Letjen TNI (Purn) Pendahuluan Makalah ini disajikan sesuai permintaan ASTER Panglima TNI dalam rangka penyelenggaraan Silaturahmi Panglima TNI dengan para Sesepuh dan Generasi Penerus TNI pada tanggal 21 September 2006 di Markas Besar TNI-AL Cilangkap, Jakarta. Mengapa Pemantapan Nilai-Nilai Kejuangan TNI perlu dilakukan Negara Republik Indonesia sedang dalam keadaan yang cukup mengkhawatirkan. Meskipun sejak tahun 1998 dilakukan Reformasi, namun keadaan setelah Reformasi tidak bertambah baik dibandingkan sebelumnya. Selain negara ditimpa berbagai bencana alam yang dahsyat akibatnya serta amat merugikan kehidupan rakyat, juga berbagai perkembangan sebagai akibat olah manusia telah menimbulkan keadaan yang justru menyengsarakan rakyat. Salah satu perkembangan bangsa yang amat mengkhawatirkan adalah usaha golongan tertentu yang mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa. Keadaan nasional yang kurang menguntungkan diperberat oleh perkembangan internasional yang juga banyak menimbulkan dampak negatif bagi read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo Sebentar lagi bangsa Indonesia akan memperingati ulang tahun kemerdeekaannya yang ke 61. Selama 61 tahun perjalanan Negara Republik Indonesia bangsa kita mengalami berbagai hal. Ada perkembangan yang mendekatkan kita kepada tujuan nasional kita, tetapi ada pula yang menjauhkan dan mempersukar pencapaian tujuan itu. Dalam perjalanan bangsa terjadi perubahan dalam sikap budaya bangsa Indonesia. Sikap budaya gotongroyong yang semula menjadi sikap hidup bangsa telah mengalami banyak gempuran yang terutama bersumber pada budaya Barat yang agresif dan dinamis. Dengan memanfaatkan keberhasilannya di berbagai bidang kehidupan serta kekuatannya di bidang fisik dan militer Barat berhasil makin mendominasi dunia dan umat manusia. Salah satu korban penetrasi Barat adalah budaya gotongroyong Indonesia. Ketika Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, para Pendiri Bangsa menetapkan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Sebagaimana read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo Tampak ada kekhawatiran pada sementara orang bahwa pemerintah Indonesia sukar mengelak terhadap berbagai tekanan AS. Orang khawatir bahwa karena tekanan AS bangsa Indonesia akan berkembang ke arah yang kurang sesuai dengan aspirasinya, khususnya dalam bidang ekonomi. Memang sebagai negara yang masih penuh kelemahan tidak mudah bagi Indonesia untuk mengambil sikap yang mengabaikan kehendak AS sebagai satu-satunya superpower. Namun kekhawatiran demikian tidak perlu ada kalau masyarakat Indonesia tangguh dalam mengusahakan aspirasinya, sekalipun itu tidak sesuai dengan kehendak AS. Ada cukup bukti dalam sejarah tentang hal demikian. Pertama adalah bukti dari perkembangan Jepang setelah Perang Dunia 2. Setelah kalah perang Jepang sepenuhnya dikuasai AS sehingga nampaknya seperti daerah jajahannya. Segala hal ditetapkan AS, termasuk UUD Jepang dibuat konsepnya oleh AS. Namun terbukti bahwa Jepang tidak menjadi daerah jajahan AS. Memang pemerintah Jepang hampir dalam segala hal harus menuruti kehendak AS. Baru read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo Orang manja adalah orang yang lemah, sebab itu manusia Indonesia janganlah menjadi manja. Seringkali orang beranggapan bahwa manusia yang lahir dan besar di bagian bumi sekitar khatulistiwa dengan iklimnya yang tidak mengenal salju, dimanjakan oleh kondisi itu. Apalagi kalau negaranya kaya sumberdaya alam seperti Indonesia. Akibatnya adalah bahwa manusia dari sekitar khatulistiwa dianggap kurang ulet dan kalah kuat dari manusia yang tumbuh di bagian bumi dengan empat musim. Belakangan ini ada gejala yang mengarah ke keadaan seperti itu. Setelah ada Ujian Nasional (UN) bagi siswa SMP dan SMA/SMK terdapat siswa yang tidak lulus. Sebenarnya adalah hal yang normal bahwa di setiap ujian ada yang lulus dan yang tidak. Hal demikian tidak hanya terjadi di Indonesia. Akan tetapi berhubung pelaksanaan UN telah mengundang perdebatan yang seru, maka hal-hal yang terjadi setelah UN selesai merupakan alasan baru untuk menyerang UN. Ada berita bahwa ada murid yang tidak lulus berusaha membakar sekolahnya, ada pula yang read more .....
By Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 1 May 2006 The significance of East Asia in international security First must be clarified what is here meant by East Asia. In this article East Asia is considered to be that part of the world which includes the following nations. In North East Asia are Japan, Russia, China, North and South Korea, Mongolia, while South East Asia includes Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapore, Myanmar, Cambodia, Laos, Vietnam, Brunai Darussalam and the Philippines. Since the early 20th century East Asia had played a significant role in international security. Although during the First World War (1914-1918) East Asia was only slightly touched by war events, but the Japan-Russian War (1904-1905) brought important changes in international politics. Japan’s victory became a cause for the rise of nationalism in colonized nations and their struggle for liberation and independence. East Asia became an important zone of war in the Second World War (1939-1945). Japan’s early successes after it entered the read more .....
Catatan Sayidiman Suryohadiprojo April 2006 Sebagai seorang Pejuang Kemerdekaan Indonesia saya menaruh respek tinggi kepada perjuangan rakyat Vietnam yang telah berhasil merebut kemerdekaan mereka dari dua kekuatan kolonial terkuat di dunia, yaitu Perancis dan Amerika Serikat. Perjuangan selama 30 tahun, yaitu dari tahun 1945 hingga 1954 menghadapi Perancis dan dari 1954 hingga 1975 menghadapi AS, benar-benar menunjukkan betapa besar tekad dan semangat rakyat Vietnam serta kemampuan mereka untuk mewujudkan tindakan yang dapat mengalahkan satu negara industri maju, dan bahkan negara adikuasa. Bangsa Indonesia pun berhasil merebut kemerdekaannya sebagai hasil perjuangan rakyat Indonesia beserta Tentara Nasional Indonesia (TNI). Meskipun segolongan orang suka berkata bahwa kemenangan Indonesia adalah hasil diplomasi, tetapi tidak mungkin diplomasi itu berhasil kalau tidak didukung oleh berbagai hasil perjuangan fisik yang dilakukan di lapangan terhadap Belanda dan pembantunya. Namun demikian, perjuangan fisik rakyat Indonesia yang read more .....