Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 17 Maret 2010 Pemimpin Indonesia dalam bicaranya, teorinya dan bahkan janjinya memang sangat suka berpihak kepada Rakyat. Akan tetapi begitu ia berkuasa, baik menjadi Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati atau Wali Kota, berbeda prakteknya. Malahan tidak jarang malahan berbagai keputusannya menimbulkan penderitaan Rakyat. Tentu kalau ditanya tentang perbedaan antara yang dilakukan dengan yang dibicarakan sebelum berkuasa, mereka menolak dengan berbagai alasan, karena memang umumnya orang Indonesia cerdas dalam mencari alasan. Segala retorika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika menjalankan kampanye pada tahun 2004, tidak terbukti ketika menjalankan kekuasaan selama 5 tahun dari tahun 2004-2009. Buktinya, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan tetap sekitar 35 juta orang atau lebih dari 15% penduduk. Juga tidak terdapat peningkatan menonjol dari perkembangan kesejahteraan rakyat karena tidak ada secara nyata sikap berpihak kepada kesejahteraan Rakyat . Hal itu sebetulnya dapat dilakukan dengan read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 2 March 2010 If we look at the situation of Indonesia today, we must admit that it is far from what we wanted to achieve as an independent nation. Sukarno and Hatta declared the Independence of Indonesia in 1945 on behalf of all the people, to become free from the colonial yoke and to have a much better life. It was our strong intention to build a prosperous and just society for all the people of Indonesia. Bung Karno proposed that we should build a nation with a Weltanschauung or a Vision of Life, and that Pancasila should be that vision. The Founding Fathers of the Republic of Indonesia agreed with Bung Karno. They not only decided to make Pancasila Indonesia’s Weltanschauung, they also established Pancasila as the Basic Principles of the Republic of Indonesia. Pancasila must become the guiding principle for building a prosperous and just society. Bung Karno explained what values were integrated in Pancasila. He stated that he was not the creator of Pancasila. He was only the one who read more .....