Jakarta 28 Oktober 2008 Oleh Sardjono Sigit, Widyaiswara Utama (Purn) – Pusdiklat Pegawai DEPDIKNAS 1. Pendahuluan Sejarah perjalanan nasionalisme Indonesia dalam kurun waktu 10 tahunan terakhir ini sedang menghadapi ujian. Sesudah ulang tahun kemerdekaan ke 63 serta Sumpah Pemuda ke 80 tahun 2008 ini, ternyata jiwa dan semangat kebangsaan Indonesia, belum menyentuh seluruh anak bangsa. Sebagai Negara yang lahir dari konsep politik, le desire d’etre ensemble (Ernest Renan) dan aus Schicksalgemeinschaft erwachsene Charactergemeinschaft (Otto Bauer) yang dikumandangkan Bung Karno tahun 1945, Indonesia adalah bekas jajahan Belanda yang dahulu bernama Nederlandsch Indië dan bukan dari konsep budaya; maka nasionalisme Indonesia benar-benar masih menghadapi cobaan. Semboyan Bhineka Tunggal Ika sebagai konsep pemersatu kultural dan Wawasan Nusantara sebagai konsep pemersatu geopolitis, masih harus diuji kembali. Pancasila sebagai falsafah bangsa ternyata lebih dikenal pada kulitnya ketimbang essensinya sebagai read more .....
oleh : Sardjono Sigit Pancasila sebagai falsafah dan ideologi bangsa Indonesia yang lahir pada 1 Juni 1945 mengalami pasang surut yang luar biasa dalam sistem kurikulum kita. Semenjak kita memasuki Orde Baru pasca 1965, urgensi penyebutan Pancasila secara explisit dalam sistem kurikulum menjadi sangat mutlak. Hal ini terjadi karena sebelum peristiwa G-30-S/PKI tahun 1965 itu, sebagai titik balik perjalanan sejarah bangsa ini, Pancasila menempati ruang yang penuh dengan wacana dalam sistem politik di negeri ini. Dalam kurikulum 1964, ( istilah yang dipakai pada waktu itu bukan ”kurikulum” tetapi ”Rencana Pendidikan” ), yang kemudian ditimpali dengan Penetapan Presiden no. 19/1965, pendidikan Pancasila ini bahkan ditafsirkan menurut Manifesto Politik dan USDEK serta ditafsirkan pula menurut ciri-ciri manusia sosialis Indonesia.,yang kedua-duanya merupakan doktrin politik Orde Lama yang terkenal itu. Di bidang pendidikan, doktrin ini ditambah dengan ”Pancawardana” sebagai sub pokok bahasan. Dalam Penpres no. 19/1965 itu read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 9 Oktober 2008 Bagi yang belum mengetahui siapa Ravi Batra perlu ada penjelasan lebih dulu. Ia adalah seorang doctor dalam ilmu ekonomi AS keturunan India dan sekarang menjadi professor di Southern Methodist University di Dallas (Texas, AS). Ia menjadi terkenal karena di masa lampau secara tepat memprediksi bubarnya Uni Soviet pada tahun 1978 dalam bukunya The Downfall of Capitalism and Communism : A New Study of History. Prediksi lain yang menonjol dan terbukti benar adalah tentang jatuhnya nilai saham (the crash of Wallstreet) tahun 2000 yang ia tulis dalam bukunya The Crash of the Millenium. Juga yang menonjol adalah tumbuhnya Islam Radikal dan bahayanya bagi AS yang kemudian terbukti dengan terjadinya Serangan 11 September 2001 yang meruntuhkan menara World Trade Center di New York. Umumnya semua prediksi Ravi Batra tidak dipercaya masyarakat AS ketika ia publikasikan. Akan tetapi kemudian mereka harus mengalami bahwa prediksi itu menjadi kenyataan yang tak dapat dibantah. Sekarang Ravi Batra read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo, Letjen TNI (Pur) Pada hari ini 5 Oktober 2008 TNI berumur 63 tahun. Setelah pada 5 Oktober 1945 Badan Keamanan Rakyat (BKR) oleh pemerintah Republik Indonesia ditetapkan menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), maka Negara Republik Indonesia mempunyai tentara resmi. Kemudian melalui perubahan nama, yaitu Tentara Keselamatan Rakyat dan Tentara Republik Indonesia, tentara itu bernama Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sejak semula TNI terdiri dari unsur Darat (TNI-AD), Laut (TNI-AL) dan Udara (TNI-AU) yang semua berdiri sendiri dan seluruhnya dipimpin oleh Panglima Besar TNI (Jenderal Sudirman) dibantu oleh Markas Besar TNI (MBT) dipimpin Kepala Staf TNI Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo. Setelah Reorganisasi dan Rasionalisasi TNI (RE & RA) pada tahun 1947 MBT berubah nama menjadi Staf Angkatan Perang (SAP) dipimpin oleh Kepala Staf Angkatan Perang. Setelah Panglima Besar Sudirman wafat pada tahun 1950 jabatan Panglima Besar TNI ditiadakan, kemudian setelah 1953 juga jabatan Kepala Staf AP ditiadakan. read more .....