Oleh Sayidiman Suryohadiprojo, Letjen TNI (purn) Jakarta, 21 Februari 2002 PENDAHULUAN Tidak dapat dicegah bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi makin berkembang di dunia. Hal itu juga mendorong perkembangan teknologi militer, khususnya teknologi senjata, dengan peningkatan daya hancur, jarak tembakan dan ketepatan perkenaannya. Perkembangan demikian makin mengancam kelangsungan hidup atau sekurang-kurangnya kemerdekaan bertindak bangsa-bangsa yang kurang mampu mengikuti kecenderungan itu. Bangsa yang memiliki kemampuan teknologi militer tinggi memperoleh peluang untuk memanfaatkannya guna memperoleh keuntungan politik, ekonomi dan budaya. Sehingga bangsa yang kurang mampu dan mendapat tekanan dari bangsa maju terpaksa harus mengorbankan kemandiriannya untuk dapat hidup langsung. Kita menghadapi keadaan di mana umat manusia cenderung didominasi oleh bangsa-bangsa yang mampu menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi, khususnya teknologi militer. Akan tetapi perkembangan umat manusia juga memungkinkan bangsa yang kurang read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo Setelah terjadi serangan AS atas Afghanistan berkembang perasaan kurang setuju dengan tindakan AS itu dalam lingkungan luas masyarakat Indonesia. Bahkan ada kalangan yang diliputi sentimen anti-AS yang kuat, sedangkan bagian terbesar tidak senang dengan AS tetapi belum sampai demikian kuat perasaannya terhadap negara itu. . Perasaan demikian ada dasarnya, karena banyak orang melihat serangan AS itu sebagai tindakan mau menang dan benar sendiri. Meskipun semua orang mencela perbuatan terror atas gedung WTC di New York dan Pentagon di Washington DC, namun cara AS melakukan pembalasan dinilai melanggar rasa kepatutan dan kewajaran. Presiden Megawati dengan tepat sekali menyatakan perasaan dan sikap terhadap serangan AS itu, sesuai dengan perasaan mayoritas bangsa kita, ketika berpidato dalam peringatan Isra dan Miradj yang lalu. Namun mempunyai perasaan kurang suka kepada AS tidak sama dengan berbuat hal-hal yang justru merugikan diri kita sendiri. Ketika pemuda dan mahasiswa mengadakan demo depan read more .....
Lembaga Pendidikan Tinggi Islam yang kita inginkan Lembaga Pendidikan Tinggi Islam harus dapat memainkan perannya yang tepat dalam usaha pencapaian serta peningkatan kemajuan dan kesejahteraan umat Islam. Buat uamt Islam di Indonesia hal itu juga berarti pencapaian dan peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Keberhasilan peran itu diindikasikan oleh kemampuan lulusannya dalam menjalankan pekerjaannya dalam masyarakat sehingga membawa kemajuan dalam lingkungan pekerjaannya khususnya dan kemajuan masyarakat pada pumumnya. Dengan begitu ia menjadi kader bangsa atau umat yang berharga. Lembaga pendidikan tinggi ada yang Universitas dan Sekolah Tinggi yang tujuan utamanya adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi secara umum dan luas. Dalam universitas dikembangkan penguasaan Iptek berbagai disiplin ilmu yang dilakukan melalui berbagai fakultas atau departemen, sedangkan Sekolah Tinggi hanya mengembangkan satu disiplin ilmu. Selain itu ada Sekolah Tinggi Kejuruan dan Politeknik yang terutama mendidik mahasiswa read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta 20 Februari 2002 Pendahuluan Kebangkitan Islam yang sedang terjadi adalah satu fenomena yang erat hubungannya dengan perkembangan umat manusia. Di masa lalu dari abad ke 7 hingga abad ke 19 Masehi, Islam serta peradaban yang dibentuknya mempunyai pengaruh yang tidak sedikit terhadap perkembangan umat manusia, termasuk tumbuhnya dunia Barat sebagai kekuatan yang menguasai dunia sejak abad ke 17 hingga sekarang. Pengaruh itu antara lain terlihat dalam Renaissance yang merupakan kebangkitan Eropa Barat dari Masa Kegelapan dan menjadi permulaan dari pertumbuhan peradaban Barat. Akan tetapi sejak akhir abad ke 19 Islam mengalami gelombang surut ketika dunia Barat justru mencapai puncak perkembangannya. Pada waktu itu seakan-akan Islam sama sekali tidak ada artinya dalam kehidupan umat manusia. Bahkan Islam disamakan dengan keterbelakangan dan kemelaratan. Sebaliknya Barat mendominasi seluruh umat manusia, terutama karena penguasaannya atas ilmu pengetahuan dan teknologi. Barat pada waktu itu read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo, Let.Jen.TNI (Purn) Benua Maritim Indonesia adalah hasil perjuangan bangsa Indonesia melawan segala pihak yang tidak mau melihat bangsa Indonesia yang merdeka dan bersatu di Kepulauan Nusantara yang merupakan satu keutuhan geografis. Ketika rakyat Indonesia, terutama para pemudanya, melancarkan gerakan kemerdekaan bangsa Indonesia yang dimulai dengan menyatakan Sumpah Pemuda pada tahun 1928, banyak pihak yang mengatakan bahwa kebangsaan Indonesia adalah satu illusi belaka. Di antara mereka tidak hanya terdapat kaum politik kolonialis yang tidak sudi melihat Indonesia merdeka, tetapi juga pakar ilmu sosial yang melihat persoalannya dari segi ilmiah. Malahan ada pula orang Indonesia yang terpengaruh oleh sikap dan pandangan kolonial itu dan turut berpikir serta berbicara seperti pihak penjajah. Orang yang berpikiran demikian mengatakan bahwa dalam kenyataan Indonesia tidak ada . Yang ada yalah Jawa, Aceh, Batak, Minangkabau, Sunda, Ambon, Menado dan segenap suku yang tinggal di kepulauan Nusantara ini. read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo, Letjen TNI (Purn) MAKSUD PROGRAM KEWIRAAN Pelaksanaan Program Kewiraan ditetapkan dengan persetujuan bersama antara DEPDIKBUD dan DEPHANKAM pada tahun 1975 berdasarkan maksud-maksud tertentu. Dirasakan bahwa para mahasiswa perguruan tinggi yang merupakan Kader Bangsa tidak cukup hanya menjadi seorang profesional teknis dalam bidang kehidupan tertentu. Akan tetapi di samping berkembang menjadi seorang profesional yang pakar dan paham benar tentang satu aspek kehidupan, para Kader Bangsa harus pula menyadari dan memahami tempat dan peran mereka dalam Pembelaan Negara. Selain itu juga dilihat bahwa dalam perkembangan umat manusia ilmu pengetahuan dan teknologi menghasilkan spesialis-spesialis yang menguasai satu keahlian dengan makin mendalam akan tetapi juga makin sempit. Padahal setiap keahlian itu merupakan bagian dari kehidupan yang luas yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Apabila para spesialis hanya mengetahui keahliannya sendiri dan tidak dapat melihat dan memahami tempat dan perannya read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta 19 Februari 2002 PENDAHULUAN Ketika Krisis Moneter pada tahun 1997 memukul Indonesia dan membuat bangsa Indonesia terpelanting dari posisi yang cukup lumayan dalam arena internasional kembali ke tempat yang penuh penderitaan dan kemiskinan, kita diingatkan betapa lemah dan rawan keadaan kita. Pukulan ekonomi menimbulkan dampak politik yang tidak sederhana. Berkembang berbagai perubahan yang tidak diduga sebelumnya. Ada yang menguntungkan seperti terjadinya Reformasi dan berakhirnya kekuasaan otoriter, tetapi juga ada yang mempersulit kehidupan bangsa seperti timbulnya gejala disintegrasi nasional. Hingga kini belum jelas bagaimana akhir dari proses perubahan itu. Umat manusia belum lepas dari kenyataan bahwa yang lemah menjadi korban yang kuat. Dalam globalisasi persaingan antar-bangsa sangat tajam dan kejam. Pihak lemah adalah bangsa yang kurang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, kurang mampu memperoleh dan mengendalikan informasi dan kurang dapat membangun kemampuan ekonomi yang kuat read more .....