Oleh Sayidiman Suryohadiprojo Purnawirawan Pejabat Tinggi TNI Angkatan Darat Belakangan ini perasaan orang Indonesia banyak diganggu oleh sikap bangsa lain yang merendahkan bangsa kita, khususnya sikap bangsa Malaysia, Australia, dan Singapura. Perlu disadari, pandangan dan penilaian bangsa lain terhadap kita adalah satu masalah persepsi. Dalam persepsi itu ada hal tertentu yang amat berpengaruh, seperti faktor kekuatan dan keberhasilan. Dapat diperkirakan, sikap bangsa lain yang merendahkan Indonesia itu dipengaruhi oleh penilaian mereka terhadap kekuatan Indonesia sekarang dibandingkan dengan masa lalu. Adalah kenyataan bahwa pada tahun 1960-an kekuatan pertahanan RI merupakan yang terkuat di Asia Tenggara. Pada tahun 1980-an Indonesia dinilai tergolong negara "macan Asia" dalam ekonomi, khususnya karena faktor minyak dan gas bumi. Selain itu, diplomasi Indonesia masa lalu menunjukkan sikap yang lebih tegar dan percaya diri. Namun, kini bangsa lain tidak lagi melihat kekuatan Indonesia itu. Selain itu, read more .....
By Lt. Gen.(retired) Sayidiman Suryohadiprojo INDONESIAN CONCEPT OF NATIONALISM The Indonesian Concept of Nationalism is based on Pancasila. Pancasila is a set of principles which has been outlined by Ir. Soekarno or popularly known as Bung Karno in a conference of the Preparatory Committee for Indonesian Independence on June 1, 1945 in Jakarta. Later the Committee agreed to declare Pancasila as the Ideology and Basic Foundation of the Republic of Indonesia. Indonesian Nationalism should therefore be implemented based on the values of Pancasila, namely : Belief in Monotheism Humanity Unity of Indonesia Democracy Social Justice Although the Indonesian Concept of Nationalism contains a religious principle (Belief in One God), it is not a theocratic concept. Aiming for the best of the Nation, it is not anti foreign. Neither is it based on Individualism, although it respects the Individual in its relationship with Community. As Bung Karno said, Indonesian Nationalism is a nationalism that grows in the garden of read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo Dalam kehidupan umat manusia yang makin maju dan makin ruwet (complicated) kepemimpinan dan manajemen sangat dipengaruhi sikap yang tepat menghadapi Prinsip di satu pihak dan Pragmatisme di pihak lain. Berpegang pada Prinsip berarti mendasarkan segala keputusan pada ketentuan-ketentuan pokok yang telah ditetapkan atau disepakati. Sedangkan Bersikap Pragmatis adalah mengambil keputusan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi. Maka idealnya adalah mengambil keputusan yang merupakan perwujudan Prinsip sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Orang yang kuat berpegang pada Prinsip cenderung untuk melihat jauh ke depan. Kalau dilakukan secara berlebihan menghasilkan sikap kaku karena kurang memperhatikan situasi dan kondisi yang ada. Sebaliknya orang yang Bersikap Pragmatis lebih memperhatikan keperluan jangka pendek. Sikap pragmatis yang berlebihan menjadikan orang itu tidak berpendirian. Maka untuk mencapai keseimbangan antara dua hal itu diperlukan pertimbangan (judgment) yang matang, read more .....