Oleh Sayidiman Suryohadiprojo, Mantan Gubernur Lemhannas MANUSIA Indonesia yang hidup dan tumbuh di alam Indonesia tidak lepas dari pengaruh lingkungannya. Alam Indonesia memungkinkan kehidupan relatif mudah dan ringan dibandingkan dengan kehidupan di alam dengan empat musim. Di alam Indonesia, matahari bersinar sepanjang tahun dengan derajat panas yang tidak banyak beda dari musim satu ke musim lain, yaitu 30 hingga 37 derajat celsius. Berbeda dengan alam empat musim yang terbagi dalam musim panas, musim rontok, musim dingin dan musim semi. Di musim panas dapat dialami cuaca yang panasnya di atas 40 derajat celsius. Sedangkan di musim dingin, cuaca dingin sekali dengan tingkat panas sekitar atau di bawah nol derajat celsius dengan banyak salju. Musim dingin amat membatasi kehidupan manusia. Selain cuaca dingin menimbulkan rasa kurang enak bagi tubuh manusia, jatuhnya salju mengakibatkan hambatan untuk bergerak dan hidup normal. Tanaman tidak dapat tumbuh lagi sehingga me ngurangi bahan makanan manusia. Maka, alam empat musim read more .....
Membangun Pertahanan Negara Yang Modern dan Efektif Penerbit : Gramedia Pusaka Utama Harga : Rp. 65.000,- Tebal : 342 Halaman Terbit : Agustus 2005 Kemajuan dan perkembangan cara pikir dan ilmu pengetahuan manusia membuatnya semakin mampu mendalami dan memahami alam semesta. Akan tetapi, hal itu tidak membuatnya mampu meninggalkan sengketa dengan kekerasan dan senjata dengan manusia lain. Perang yang merupakan penggunaan kekerasan untuk menyelesaikan pertentangan antarnegara tetap terjadi, meskipun selalu ada niat untuk meniadakannya dan anjuran yang kuat untuk sebisa mungkin menggunakan cara damai. Setiap bangsa yang ingin menjamin kemerdekaan dan kedaulatan wajib memberikan perhatian besar kepada masalah pertahanan negara dan bersedia melakukan segala usaha untuk mewujudkannya. Fakta menujukkan bahwa bangsa yang paling sedikit mengalami gangguan kedaulatan adalah bangsa yang mampu melakuka pertahanan negara secara efektif. Indonesia, sebagai negara yang cinta damai tetapi jauh lebih cinta kemerdekaan dan read more .....
Kamis, 25 Agustus 2005 Memasuki usia 78 tahun, mantan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Letjen (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo meluncurkan buku ke-9 di Jakarta, Rabu (24/8). Buku ke-9 itu berjudul Si Vis Pacem Para Bellum: Membangun Pertahanan Negara yang Modern dan Efektif, terbitan Gramedia Pustaka Utama. Buku itu dibahas mantan Duta Besar untuk Australia Sabam Siagian dan mantan Wagub Lemhannas Laksdya (Purn) Si Putu Ardana. Sayidiman menyatakan, walaupun judul bukunya Si Vis Pacem Para Bellum (barang siapa menginginkan perdamaian harus siap perang), ia tak menganjurkan perang karena akan menimbulkan kesengsaraan baik yang menang apalagi yang kalah. (BUR) Source : http://64.203.71.11/kompas-cetak/0508/25/Politikhukum/1999515.htm read more .....
Rabu, 24/08/2005 22:02 WIB Sirojul Muttaqien – detikNews Jakarta – Peranan sipil dalam pertahanan negara merupakan hal yang sangat penting. Dengan kemajuan zaman yang memaksakan terjadinya perebutan sumber daya, maka ancaman bagi negara makin berpeluang. Untuk itu, Wajib Militer (Wamil) di Indonesia makin serius untuk diberlakukan. Hal ini ditegaskan oleh Letjen (Purn) Sayidiman Suryohadiprodjo, pengarang buku yang berjudul “Si Vis Pacem Para Bellum” di di Hotel Dharmawangsa, Jl Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (24/8/2005). “Wamil itu bermanfaat, selain menyalurkan aspirasi masyarakat di TNI, juga akan meningkatkan men power dengan tumbuhnya rasa nasionalisme berbangsa Indonesia,” tandasnya. Acara ini dihadiri mantan Dubes RI untuk Australia Sabam Siagian dan Laksamana Madya TNI Purn Si Putu Ardhana sebagai pembicara. Menhan Juwono Sudarsono, Mantan Wapres Tri Sutrisno, Mantan Panglima TNI Wiranto dan Wakil Ketua Komisi I DPR Sidharto Danusubroto juga berkenan untuk menghadiri acara read more .....
Oleh : Suparlan *) Pendidikan adalah investasi utama satu bangsa. Inti permasalahan pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kesadaran pemimpin bangsa terhadap pendidikan dan rendahnya dana yang dialokasikan untuk pendidikan. (Sayidiman Suryohadiprodjo) Pendidikan menaikkan penghasilan keluarga, dan pendidikan kaum wanita pada umumnya memberi dampak bagi terwujudnya keluarga kecil yang lebih sehat, menurunnya angka kematian bayi dan ibu melahirkan, serta memperbaiki gizi anak. Di Afrika, anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak berpendidikan mengalami 20% kematian sebelum mencapai usia 5 tahun, sedangkan bagi anak yang ibunya mengalami pendidikan paling sedikit 5 tahun di sekolah, hanya mengalami 12% kematian. Di Brazil, wanita buta huruf rata-rata mempunyai 6 anak, sedangkan bagi wanita yang melek huruf, rata-rata hanya memiliki 2 sampai 3 anak (UNESCO). Adanya tayangan di televisi tentang anak-anak balita yang terkena folio dan busung lapar telah mengingatkan kepada kita bahwa sebagian rakyat di negeri tercinta yang read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo Pendidikan di luar negeri merupakan bagian yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan satu bangsa. Hal itu juga berlaku untuk Indonesia sejak sebelum kemerdekaan hingga sekarang. Banyaknya pemuda Indonesia sekolah di luar negeri ada dampak positif dan negatifnya, baik untuk bangsa secara keseluruhan maupun untuk pribadi masing-masing. Dampak positif adalah bahwa bangsa akan memperoleh tenaga terdidik di sekolah yang baik dan membawa pulang berbagai kemampuan yang bermanfaat bagi bangsa. Kalau yang mengirimkan orangtua atas biaya sendiri, bangsa memperoleh manfaat itu tanpa negara kehilangan dana yang berharga. Kemampuan yang terbentuk di luar negeri, apabila dipilih sekolah yang tepat, akan meningkatkan kemampuan bangsa. Apalagi kalau itu menyangkut disiplin ilmu atau kecakapan teknologi yang belum ada pendidikannya di Indonesia atau sudah ada tetapi belum cukup bermutu. Dampak positif bagi pribadi adalah bahwa ia dibiasakan untuk berada di lingkungan bangsa lain. Apalagi kalau di sekolahnya ia juga read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo Pada tanggal 30 April bangsa Vietnam memperingati berakhirnya intervensi AS di negaranya. Sebagai sesama bangsa Asia yang bekas dijajah, bangsa Indonesia patut turut bergembira dengan peristiwa itu. Indonesia dan Vietnam mempunyai persamaan bahwa kedua bangsa itu telah mencapai kemerdekaannya melalui perang kemerdekaan. Tidak banyak bangsa lain yang mempunyai sejarah yang demikian berat, karena mereka memperoleh kemerdekaan dari bekas penjajahnya secara damai. Malahan Vietnam harus merebut kemerdekaannya dari dua kekuatan Barat yang terkenal kuat melalui perang kemerdekaan yang berlangsung 30 tahun lamanya, dari tahun 1945 hingga 1975 Vietnam terlebih dahulu harus berhadapan dengan penjajahnya yang asli, yaitu Perancis. Ketika Perang Dunia 2 berakhir pada bulan Agustus 1945, Perancis yang turut menang perang hendak kembali menguasai Vietnam yang selama perang diduduki tentara Jepang. Hal ini jelas bertentangan dengan kenyataan bahwa pada 2 September 1945 rakyat Vietnam telah menyatakan diri merdeka read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo, Letjen TNI (Purn), mantan Gubernur Lemhanas Ada beberapa faktor yang menjadi sumber masalah berkaitan dengan persoalan Ambalat akhir-akhir ini: Faktor psikologis. Keberhasilan Malaysia dalam membangun negaranya, termasuk ekonominya, menimbulkan rasa percaya diri yang berlebihan sampai dapat dikategorikan sikap arrogant. Akibatnya adalah menyepelekan pihak lain yang dianggapnya kurang berhasil dan sedang menghadapi banyak persoalan, seperti Indonesia. Hal ini dapat dilihat ketika Malaysia tidak pernah membicarakan masalah ini secara serieus kepada Indonesia, padahal dua-duanya anggota ASEAN. Juga pembuatan peta tentang wilayah perbatasan secara unilateral adalah bukti arrogansi itu. Faktor ekonomi. Perusahaan minyak Shell berkepentingan mendapatkan konsesi di Ambalat yang dapat mempengaruhi perusahaan Petronas bertindak sepihak. Ini juga kepentingan Malaysia untuk peningkatan ekonominya. Faktor militer. Malaysia mengira bahwa kekuatan militernya, khususnya kekuatan angkatan laut dan angkatan udara, read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo Setiap kali memperingati Imlek kita teringat kepada Offensif Tet (Imlek) tahun 1968 yang dilancarkan tentara Vietnam dengan kebangkitan rakyat Vietnam Selatan Komentar surat kabar AS atas serangan itu antara lain : The bold, massive Vietnam attacks yesterday on Saigon, eight provincial capitals and 30 or 40 lesser towns were a shocker. Serangan ke Saigon bahkan berhasil menduduki kedutaan besar AS dan baru setelah pertempuran selama 6 jam penyerang dapat dikeluarkan. Offensif Tet dapat dianggap sebagai permulaan runtuhnya intervensi AS di Vietnam yang telah dimulainya sejak tahun 1950-an. Ketika Perancis pada tahun 1945 datang di Vietnam untuk menjajah kembali dan meniadakan kemerdekaan bangsa Vietnam yang diproklamasikan oleh Ho Chi Minh di Hanoi pada 2 September 1945, AS sudah mulai membantu Perancis. Apalagi setelah Perancis makin tidak mampu mengalahkan perlawanan rakyat dan tentara Vietnam, dan sebaliknya malah dikalahkan secara menentukan dalam pertempuran Dien Bien Phu pada tahun 1954, AS makin keras read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo, Mantan Gubernur Lemhannas DAPAT diperkirakan, tiap orang yang ingin Indonesia aman, maju, dan sejahtera, menyadari pentingnya faktor saling percaya dalam masyarakat. Juga diinginkan agar rasa saling percaya dalam masyarakat Indonesia itu cukup kuat. Saling percaya antara warga masyarakat tidak hanya penting untuk kohesi sosial, tetapi juga amat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas. Dalam kenyataannya, faktor saling percaya amat sulit ditemukan dalam kehidupan bangsa. Bahkan pandangan obyektif harus mengatakan, kehidupan masyarakat dipenuhi kecurigaan. Hal ini sudah lama meliputi kehidupan bangsa. PADA era Presiden Soekarno tahun 1950-an, faktor saling percaya dalam masyarakat amat terganggu oleh perkembangan politik. Warga masyarakat yang setia kepada Pancasila amat prihatin melihat komunis berkiprah lagi di arena politik, meski telah berkhianat dengan pemberontakan Madiun tahun 1948. Sebaliknya, mereka yang berpihak kepada komunis mengatakan, makin banyak orang Indonesia dipengaruhi AS read more .....