Oleh Suradi, Wartawan Sinar Harapan Jakarta – Transisi politik dan demokrasi belum juga tuntas. Implikasi krisis ekonomi dan politik di penghujung masa Orde Baru masih terjadi hampir di semua sektor menggelisahkan banyak pihak, termasuk Sayidiman Suryohadiprojo. Kalau banyak orang mengungkapkan kegelisahan tersebut dalam ruang seminar, diskusi, dan bentuk obrolan lainnya, mantan Dubes RI untuk Jepang (1973-1974) dan mantan Gubernur Lemhannas (1974-1978) ini menuangkannya dalam buku berjudul Rakyat Sejahtera Negara Kuat. Dalam buku setebal 415 halaman yang diluncurkan Senin (29/10) sore, Sayidiman mengupas sejumlah persoalan, mulai dari sejarah lahirnya bangsa ini, masalah pembangunan sumber daya manusia (SDM), sistem pendidikan yang masih amburadul, pengamanan energi dan kelestarian lingkungan, tentang pengembangan kebudayaan, pembangunan TNI, etika politik di kalangan elite, ekonomi yang belum mensejahterakan rakyat, dan posisi Indonesia dalam kancah global. Kegelisahan yang diungkapkan tersebut disertai jalan keluar read more .....
Oleh Suradi, Wartawan Sinar Harapan Jakarta-Silaturahmi yang kini makin aktif dilakukan para elite politik memang baik. Namun, sampai saat ini langkah itu lebih untuk meraih simpati publik dan merupakan bagian dari siasat mencari dukungan guna meraih kekuasaan. Elite partai belum sungguh-sungguh memperjuangkan kepentingan rakyat dan hanya kepentingan kelompok saja yang diutamakan. Penilaian kritis tersebut dikemukakan mantan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) dan juga mantan Wakasad Sayidiman Suryohadiprojo (80) dalam perbincangan dengan SH di kediamannya, kawasan Jalan Prapanca, Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (24/10) sore. Seharusnya para elite politik ini mampu membangun budaya politik yang mengutamakan kepentingan rakyat, karena mereka mendapat mandat dari rakyat. Tugas utama mereka, dan juga tugas semua kalangan, adalah bagaimana membangun social trust atau tanggung ja-wab sosial sehingga masyarakat tergerak juga untuk membantu yang lain. Saat ini, para politisi memang aktif melakukan silaturahmi dalam read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo Belakangan ini sering ada keluhan bahwa di kalangan kaum muda sekarang kurang ada sikap kebangsaan atau nasionalisme yang kuat. Mungkin sekali gejala yang kurang positif itu disebabkan karena kaum muda sekarang kurang mengenal negerinya sendiri. Seorang anak muda yang tinggal di Jawa Barat, jangankan mengenal Sumatera atau Kalimantan, daerahnya sendiri Jawa Barat tidak dikenalnya dengan baik. Amat sedikit anak muda, mungkin juga orang tua, yang mengetahui nama gunung-gunung yang ada di daerah provinsinya, apalagi berapa tinggi setiap gunung itu. Belum tentu mayoritas murid SMA tahu nama kota-kota yang dilalui kereta api yang berjalan tiap hari dari Jakarta ke Surabaya. Dan banyak lagi hal-hal mengenai negeri kita Indonesia. Orang sekarang lebih berminat kepada keadaan yang langsung dihadapinya, termasuk yang bersangkutan dengan negara lain. Sebab itu mereka tidak ada minat pada negerinya sendiri, kecuali kalau ada urusan yang langsung dihadapinya. Kondisi demikian mendorong kepada sikap pragmatisme read more .....