Sayidiman Suryohadiprojo, Letjen TNI (Purn) Jakarta, 26 April 2009 Pendahuluan. Dalam Diskusi Terbatas tentang UUD 45 yang diadakan Dewan Pertimbangan Presiden pada tanggal 22 April 2009 di bawah pimpinan Ibu Hj. Rachmawati Soekarnoputri SH, telah saya kemukakan : Bahwa UUD 45 yang di-amandemen telah meninggalkan Jati Diri, Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa Indonesia, yaitu Pancasila, ketika dalam Batang Tubuhnya dimuat hal-hal yang bertentangan dengan Pembukaan UUD 45. Bahwa menghilangkan Penjelasan sebagai bagian integral UUD 45 menjadikan UUD 45 kurang lengkap karena tidak memberikan tempat untuk menegaskan secara jelas apa yang dimaksudkan hal-hal yang termuat dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 45. Bahwa tidak ada keberatan diadakan perubahan pada UUD 45 sesuai dengan perkembangan zaman dan perjalanan NKRI, tetapi perubahan itu tidak dilakukan dengan cara Amandemen yang menghilangkan isi UUD 45 yang asli. Melainkan dilakukan dengan pemberian Addendum yang menyertai UUD 45. Berhubung dengan itu perlu ada read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 25 April 2009 Dalam harian Suara Pembaruan tanggal 24 April 2009 ada tulisan Ibu Meutia Hatta Swasono yang menguraikan betapa banyak pemuda Indonesia kurang mengenal Tanah Air dan Negaranya sendiri. Dalam tulisan itu beliau mengatakan bahwa kekurangan itu bahkan meliputi kaum mahasiswa. Hal demikian tentu berpengaruh besar terhadap ikatan batin para pemuda kita dengan Tanah Airnya sendiri. Itu mau tidak mau berlanjut pada tipisnya rasa Cinta Tanah Air dengan segala akibatnya pada kehidupan bangsa kita. Ibu Meutia berpendapat secara tepat bahwa hal ini adalah akibat dari pendidikan yang kurang sekali memperhatikan faktor geografi dalam pembentukan kepribadian anak didik dan menyarankan agar hal ini secepat mungkin dikoreksi. Memang sudah lama hal ini merupakan kekurangan yang amat merisaukan dalam pendidikan sekolah kita. Anehnya adalah bahwa justru dalam pendidikan sekolah di masa penjajahan Belanda para murid sudah cukup dini diberikan kesadaran geografi tanah airnya. Pada tingkat Sekolah Dasar read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 19 April 2009 Tidak jarang ada anggapan dan pandangan bahwa seorang militer sukar dapat mengembangkan kenegarawanan. Anggapan demikian kuat di kalangan kaum terpelajar sipil, terutama di antara mereka yang memperoleh pendidikannya di dunia Barat. Terutama menyangkut masalah Perang dan Damai ada anggapan bahwa kaum militer sesuai dengan profesinya, suka berperang. Dan kalau mereka memegang kekuasaan cenderung membawa negara yang dipimpinnya melakukan peperangan. Ternyata anggapan demikian jauh dari kebenaran. Malahan sebaliknya justru kaum militer sebenarnya kurang suka perang karena merekalah yang harus maju dan mengalami berbagai keadaan yang jauh dari enak, bahkan dapat kehilangan nyawanya, kalau negaranya perang. Mereka maju perang karena hal itu menjadi kewajibannya kalau pemerintah negaranya memutuskan untuk berperang. Sedangkan pemerintah negara itu lebih banyak dijabat kaum sipil dari pada oleh orang militer professional. Uraian di bawah ini akan menggambarkan bagaimana seorang Perwira read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 10 April 2009 Kita sudah tahu bahwa dasar dalam sikap hidup Barat mengutamakan penggunaan Rasio dalam cara berpikir. Hal ini diletakkan dasar-dasarnya dalam Renaissance yang mereka alami mulai abad ke 15. Sikap hidup demikian telah memungkinkan orang Barat mengembangkan sains dan teknologi dengan amat menakjubkan. Berdasarkan sikap hidup itu dunia Barat melalui Galilei Galileo menemukan bahwa Bumi itu bulat dan bukan datar sebagaimana sebelumnya dikira manusia. Memang pemikiran itu membuat Galilei Galileo berhadapan dengan Gereja Katolik yang tidak dapat menerima pikiran baru itu. Akan tetapi perkembangan yang telah mulai dirintis tak dapat dibendung lagi oleh Gereja Katolik, sekalipun besar kekuasaannya. Sikap hidup itu juga mengembangkan konsep hidup yang mengutamakan arti Individu Manusia yang kemudian membentuk paham Individualisme. Dan timbulnya keyakinan bahwa Manusia harus menaklukkan Alam sekitarnya. Hal ini membuat manusia Barat berani menempuh kehidupan dengan lebih dinamis. Dengan read more .....
Oleh Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 8 April 2009 Dalam harian Seputar Indonesia tanggal 6 April 2009 ada tulisan seorang pengamat ekonomi, Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo, yang mengutarakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia tidak seburuk yang sering dikemukakan orang. Ia mengatakan bahwa pendapatan berbagai perusahaan besar di Bura Efek Indonesia (BEI) yang tergabung dalam 45 saham terlikuid (LQ45) tumbuh rata-rata 33 persen. Bahkan pendapatan 19 perusahaan besar di LQ45 meningkat di atas 30 persen. Ia juga mengatakan bahwa Unilever Indonesia, bagian dari perusahaan multinasional Unilever, tumbuh dengan 22 persen. Pertumbuhan Unilever Indonesia itu merupakan tertinggi di lingkungan Unilever di seluruh dunia yang tumbuh dengan 7 persen. Padahal pertumbuhan Unilever Indonesia masih jauh di bawah pertumbuhan 19 perusahaan besar di LQ45 yang di atas 30 persen. Hal itu menunjukkan bahwa pasar Indonesia mempunyai potensi yang tidak boleh diremehkan. Memperhatikan keadaan itu saya sebagai seorang yang bukan pakar ekonomi berpendapat bahwa read more .....