Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 24 Juni 2009 Pada tanggal 23 Juni 2009 di Markas Besar Legiun Veteran RI diselenggarakan ceramah tentang masalah Ambalat. Yang bertindak sebagai pembicara adalah Laksma (P) Ir. Adi Sumardiman SH. Pembicara adalah seorang yang sangat dapat diandalkan bicara tentang masalah yang menjengkelkan ini. Sebab ia seorang Insinyur Geodesi lulusan ITB yang tentu pakar dalam masalah geografi dan hidrografi. Ia juga seorang Sarjana dalam Hukum Internasional. Tentang SH ini ia menceritakan satu kejadian yang lucu. Ketika pada akhir tahun 1950-an Prof. Dr Mochtar Kusuma Atmadja menjadi ketua delegasi Indonesia untuk memperjuangkan pengakuan dan pengesahan PBB atas Deklarasi Djuanda yang terbit pada tahun 1957, Pak Adi Sumardiman (AS) juga menjadi anggota kelompok itu. Akan tetapi ketika Pak AS mau turut delegasi untuk perundingan ke New York, Prof Mochtar mengatakan bahwa hanya para Sarjana Hukum yang dapat ikut serta. Hal ini memotivasi Pak AS untuk merebut gelar SH dan dapat diraihnya dalam 3 tahun berikut, read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 8 Juni 2009 Dalam tulisan saya Desa Sebagai Inti Kekuatan Negara saya nyatakan bahwa kita sebagai bangsa harus amat memerhatikan hukum Ekologi yang menyatakan bahwa Eko-sistem yang lebih tertata menyedot segala sumberdaya yang ada pada Eko-sistem yang kalah tertata. Kita harus membangun Desa menjadi Eko-sistem yang tidak kalah tertata dari Kota, membuat NKRI dan bangsa Indonesia Eko-sistem yang tidak kalah tertata dan menjadi kuat, maju, produktif seperti negara maju. Sekarang penting bagi kita menentukan kunci bagi usaha kita itu sehingga benar-benar membawa bangsa Indonesia kepada Tujuan Perjuangannya. Dalam hubungan itu dapat kita baca di harian The New York Times tanggal 6 Juni 2009 tulisan Nicholas D. Kristof dengan judul Rising Above IQ. Dalam tulisan itu Kristof menunjukkan bahwa di masyarakat AS sekarang menonjol kehidupan tiga golongan yang melebihi dari yang lain, yaitu golongan WN AS berasal dari Asia (Asian Americans), golongan Yahudi, dan golongan WN AS orang hitam yang berasal dari read more .....
Oleh: KIKI SYAHNAKRI Tanggapan terhadap Opini Christianto Wibisono Secara pribadi Christianto Wibisono adalah sahabat saya, dan secara personal pula saya suka membaca tulisan-tulisan kritisnya dan mengapresiasi intelektualitas dan kecendekiawanannya. Namun kali ini saya tergerak untuk menanggap ulasan ‘hangat’nya di Suara Pembaruan (Senin, 1/6). Artikel yang amat mengagungkan liberalisme tersebut mengandung sejumlah poin yang perlu ditanggapi secara kritis pula, karena dalam pigura kebangsaan tampaknya memperlihatkan mispersepsi yang serius terhadap Pancasila sebagai platform kebangsaan dan kenegaraan kita. Saya tidak menanggapi kerisauan, keprihatinan bahkan ‘peringatan’ kritis penulis terhadap para Capres-Cawapres yang saat ini gencar menawarkan berbagai ide dan visi besar – yang oleh Christianto dinilai sloganistis belaka – karena memang begitulah salah satu ruang yang dibuka lebar oleh “demokrasi liberal” bagi semua orang untuk melontarkan visi dan impiannya, besar atau kecil. Namun yang menjadi fokus read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 6 Juni 2009 Baru saja ada kiriman tulisan yang antara lain menyebutkan pentingnya hal-hal yang termuat dalam buku Fundamentals of Ecology , tulisan Eugene P. Odum di tahun 1970-an. Yang diuraikan dalam buku itu, menurut tulisan itu, adalah semacam hukum ekologi yang menyatakan bahwa satu Eko-sistem yang lebih tertata akan mengambil keuntungan dari Eko-sistem di sekitarnya yang kurang tertata. Itu dibuktikan dengan menunjuk kepada kenyataan bahwa Kota yang lebih tertata dari pada Desa akan menyedot sumberdaya desa-desa sekitarnya. Demikian pula negara maju yang lebih tersusun kekuatannya menyedot potensi sumberdaya negara-negara miskin dan sedang berkembang. Itu semua berakibat bahwa bangsa yang kaya menjadi makin kaya, sedangkan bangsa miskin makin miskin. Hal itu bahkan terjadi di Amerika Serikat sebagai negara terkaya di dunia di mana dalam 25 tahun terakhir penghasilan kaum menengah ke bawah makin turun, sedangkan golongan kaya makin kaya. Paralel dengan itu saya teringat satu kuliah di read more .....
Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 1 Juni 2009 Pada tanggal 1 Juni 2009 Pancasila berulang tahun ke 64. Mayoritas bangsa Indonesia mengakui pentingnya peran Pancasila untuk kehidupan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun demikian, hingga kini Pancasila belum menjadi kenyataan dalam kehidupan bangsa. Para pemimpin yang mengendalikan negara sejak 1945 belum cukup berhasil dan juga belum cukup berusaha menjadikan Pancasila benar-benar kenyataan dalam kehidupan bangsa. Malahan sejak Reformasi tahun 1998 terasa sekali ada usaha sekelompok orang untuk makin menghilangkan peran Pancasila. Atau mereka secara tidak langsung menghilangkan Pancasila dengan jalan memberikan makna dan substansi yang berbeda dari Pancasila yang murni. Antara lain itu terjadi dengan melakukan amandemen 4 kali terhadap UUD 1945. Sekalipun Pembukaan UUD 45 masih tetap utuh, namun Batang Tubuhnya dimasuki fasal-fasal yang bertentangan dengan Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan. Dan Penjelasan UUD 45 dihilangkan sama sekali sehingga mereka bebas read more .....