Nov 24

Oleh Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 24 November 2008 Selalu menjadi ingatan saya ketika almarhum Letjen Djatikoesoemo pada tahun 1948 sebagai Gubernur Akademi Militer Yogya (waktu itu pangkat beliau Kolonel Inf) menyampaikan pikiran beliau kepada saya. Waktu itu adalah hari-hari terakhir saya menjadi Taruna Akademi Militer dan telah menyelesaikan semua ujian akhir, tinggal menunggu pengumuman hasil ujian dan pelantikan sebagai Perwira TNI oleh Presiden RI, Soekarno. Ketika itu Pasukan Taruna AM baru pulang dari operasi menghadapi Pemberontakan PKI Madiun bergabung pada Divisi Siliwangi. Pada satu hari Pak Djatikoesoemo menghampiri saya dan mengatakan ke dalam bahasa Inggeris: Watch the Aftermath of the Revolution ! Saya mengerti ucapan beliau secara harfiah, yaitu : Perhatikan Keadaan Setelah Revolusi ! Akan tetapi saya tidak menangkap makna sebenarnya dari ucapan beliau. Sebelum saya dapat menanyakan apa yang beliau maksudkan, Pak Djati sudah pergi, meninggalkan saya dengan pikiran yang penuh pertanyaan. Setelah peristiwa itu read more .....

Nov 20

Oleh Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, November 20, 2008 Pancasila as the Basis of Democracy in Indonesia Basically Democracy is not something strange for the people of Indonesia. Although the Dutch colonial regime did not establish a democratic system in the country, they did not prohibit the implementation of a certain kind of democracy in the villages. The people in the villages elected their village heads in all parts of the country. But Democracy became a part of national life when Indonesia achieved its independence. It became one of the Five Basic Principles of Life or Pancasila as the basic foundation or the Weltanschauung of the independent Republic of Indonesia.[1] At the session of the Council to Study Endevours for the Preparation of Independence (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, BPUPKI) on June 1,1945 Ir Soekarno or Bung Karno , the eminent leader of the national struggle for independence, proposed that an independent Indonesia should have a Weltanschauung, a Philosophy of Life. He then explained read more .....

Nov 7

Oleh Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 10 November 2008 Adalah menggembirakan bahwa makin banyak orang di Indonesia sadar tentang perlunya transportasi massal yang mempunyai dampak luas dan mendalam pada perkembangan bangsa. Di antara berbagai modus transportasi massal perkeretaapian memegang peran penting. Tulisan ini bermaksud membicarakan berbagai aspek perkeretaapian di Indonesia. Tidak dapat dikatakan bahwa kereta api (KA) sudah berperan luas di Indonesia. Kalau kita perhatikan bahwa salah satu tujuan utama NKRI adalah mendatangkan kesejahteraan bagi rakyat banyak, maka kita melihat bahwa sejak bangsa Indonesia merdeka hingga sekarang belum pernah ada perluasan jaringan KA yang nampak. Padahal peran KA dalam penciptaan kesejahteraan rakyat banyak amat menonjol. Dapat dilihat bahwa umumnya negara-negara yang melakukan pembangunan bangsa membentuk jaringan KA yang luas agar sebanyak mungkin bagian wilayah nasionalnya dapat dijangkau dengan KA. Itu dilakukan RRChina sejak 1949 dan hingga kini masih terus berjalan dan itu read more .....