Sebenarnya saya bukan orang pemimpi dan lebih suka berdiri tegak dalam kehidupan yang nyata. Jadi bunyi judul itu seharusnya “Indonesia Yang Saya Inginkan”. Akan tetapi saya duga para pemrakarsa buku ini menginginkan para penulis mengutarakan impian mereka di masa muda dengan mengartikan impian sebagai keinginan yang kuat. Maka untuk memenuhi kehendak para pemrakarsa saya juga menggunakan kata bermimpi dengan arti berkeinginan dengan kuat.
Dalam masa muda di masa penjajahan Belanda saya mengalami pendidikan di sekolah Belanda mulai di Taman Kanak-Kanak (Frobelschool) hingga Sekolah Menengah (Hogere Burger School, HBS) ketika tentara Jepang mengusir Belanda dari Indonesia. Akan tetapi di lingkungan keluarga saya mendapat pendidikan tradisional Jawa yang menjadikan saya biasa berbahasa Jawa kromo dan ngoko di samping lancar berbahasa Belanda. Sejak umur 4 tahun berada dalam dua lingkungan budaya yang berbeda itu menjadikan saya cepat diliputi rasa kebangsaan.
Ketika jadi murid Taman Kanak-Kanak saya merasa diperlakukan tidak sama dengan murid Belanda atau non-Indonesia. Pergaulan dengan berbahasa Belanda menyebut saya inlander dengan konotasi kamu tidak setingkat saya, kamu lebih rendah dari saya. Hal ini akan terus saya alami hingga tahun 1942 ketika Belanda diusir dari bumi Indonesia Inilah sumber utama dari rasa kebangsaan saya, Saya kemudian menyadari bahwa konotasi merendahkan dari kata inlander [1] dapat dikurangi kalau kita dapat membuktikan kepada pihak Belanda dan lainnya, bahwa kita dapat berprestasi yang mengungguli mereka di pelajaran, di permainan olah raga dan dalam apa saja ketika kita berhadapan dengan mereka. Paling-paling mereka mendongkol bahwa ada inlander yang lebih pintar, lebih mampu dari mereka. Akan tetapi mereka terpaksa mengakui keunggulan kita dan kemudian menghargai kita.
Hal ini menjadi pedoman hidup yang kemudian tidak hanya berlaku dalam hubungan dengan penjajah Belanda, tetapi dengan seluruh bangsa yang saya hadapi sepanjang hidup saya. Ternyata memang demikianlah dalam kehidupan umat manusia. Kalau ingin dihargai orang lain, bangsa lain, kita harus menunjukkan sesuatu yang membuat mereka mengakui keunggulan kita, sekalipun acapkali hanya dalam pikiran dan perasaan mereka.
Akan tetapi saya juga merasa bahwa ada konotasi merendahkan dari kata inlander karena kita bangsa Indonesia dijajah Belanda. Jadi selama bangsa Indonesia dijajah Belanda, maka orang Belanda dan lainnya menganggap semua orang Indonesia lebih rendah dari mereka. Kondisi itu baru akan berubah kalau bangsaku tidak lagi dijajah Belanda atau bangsa lain mana pun. Kesadaran kebangsaan itu menguat ketika berumur 9-10 tahun dan duduk di kelas 4 SD Belanda. Pada tahun 1936 saya melihat berkembangnya partai politik Partai Indonesia Raya (Parindra) yang dipimpin Dr. Soetomo dan Mohamad Hoesni Thamrin. Saya mendengar tentang Ir Soekarno dan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dibubarkan Belanda sedangkan Soekarno dibuang ke Boven Digul. Hal ini diperkuat oleh kehadiran saudara-saudara saya yang ada serumah dan sudah lebih tinggi tingkat sekolahnya.
Pada tahun 1936 saya melihat film tentang Olympiade Berlin di mana atlit-atlit dari macam-macam bangsa berjuang dalam berbagai cabang olahraga untuk mencapai penghargaan bagi dirinya tetapi juga bangsanya. Juga kenyataan bahwa hanya bangsa merdeka yang dapat ikut serta. Andai kata ada atlit hebat dari daerah jajahan maka ia harus mewakili negara-bangsa yang menjajah bangsanya. Seperti Kitei Son yang juara lari marathon waktu itu dengan sebutan atlit Jepang, padahal ia sebenarnya orang Korea yang bangsanya dijajah Jepang.
Rasa kebangsaan makin menguat dengan bertambahnya umur, pendidikan dan pengalaman. Yang saya inginkan dengan kuat adalah bagaimana menjadi bangsa Indonesia seperti bangsa lain yang merdeka. Saya makin sadar bahwa kemerdekaan tidak mungkin diperoleh kalau hanya mengharapkan kebaikan hati penjajah Belanda. Bahkan tidak mungkin diharapkan bangsa lain membantu dengan menyuruh Belanda memerdekakan bangsa Indonesia. Makin jelas bahwa setiap bangsa terutama mengurus kepentingannya sendiri.
Hal itu kita alami ketika Jepang merebut Indonesia dan mengusir Belanda. Sebelum berhasil mengalahkan Belanda, propaganda Jepang giat sekali menyebarkan berita bahwa Jepang akan memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajah Belanda. Banyak orang Indonesia yang tertipu propaganda Jepang itu. Mereka percaya bahwa sebagai sesama bangsa Asia Jepang akan benar-benar membantu kita menjadi bangsa merdeka. Akan tetapi setelah Jepang berkuasa di Indonesia hilanglah segala sikap dan ucapan membantu dan Jepang berubah menjadi penjajah juga.
Maka makin jelas bahwa bangsa Indonesia harus merebut kemerdekaannya dengan usaha sendiri. Itulah yang kemudian kita lakukan dan saya bangga dapat ikutserta dalam usaha itu. Perjuangan kemerdekaan berhasil menegakkan Negara Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat .
Sejak umur muda saya membaca buku-buku dan koran-koran Belanda. Saya menyadari bahwa dunia makin mengalami kemajuan dalam kehidupan, tetapi Indonesia yang dijajah tetap miskin rakyatnya dan tidak maju kehidupannya. Padahal saya mendapat pengetahuan bahwa banyak kekayaan Indonesia menjadi sumber kekayaan dan kemajuan Belanda. Seperti ekspor gula yang menjadikan Jawa Timur daerah pengekspor gula terbesar di dunia. Tetapi petani Jawa Timur dijadikan korban keserakahan para pemilik pabrik gula dan tetap miskin keadaannya.
Maka itu saya ingin bangsa Indonesia merdeka dan juga mencapai kemajuan serta kesejahteraan seperti yang sudah dicapai bangsa-bangsa lain, khususnya yang di Eropa dan Amerika. Saya yakin bahwa orang Indonesia tidak kalah kemampuannya kalau dididik dan diberi kesempatan sama dengan orang asing. Sebab itu saya ingin menjadi insinyur yang dapat membuat banyak produk kemajuan, seperti membuat kapal laut besar yang menghubungkan pulau-pulau Indonesia, dan mengarungi samudera luas. Bukti bahwa orang Indonesia tidak kalah pandai saya lihat ketika teman-teman orang Indonesia di HBS Semarang naik kelas dengan ranking tertinggi mengungguli murid Belanda, seperti Soemantri Brodjonegoro dan lainnya.
Akan tetapi Belanda sangat menjaga agar orang Indonesia tetap terbatas kemajuannya. Sebab ia tahu bahwa kemajuan orang Indonesia berarti berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia. Padahal Indonesie is de kurk waarop Nederland drijft atau Belanda sejahtera karena menguasai Indonesia. Sebab itu pada akhir penjajahan Belanda baru ada 3 atau 4 insinyur listrik orang Indonesia lulusan Technische Hogeschool (THS) Delft di Belanda. Di Bandung sudah ada THS tetapi hanya untuk pendidikan insinyur sipil thok. Indonesia tidak hanya amat kekurangan ahli pengetahuan dan teknologi, Membuat pacul yang dipakai petani di sawah saja belum bisa dan semua harus diimpor.
Maka itu impian saya tentang Indonesia Merdeka adalah terbangunnya satu negara sebagai wahana bagi bangsa Indonesia untuk mencapai kesejahteraan, kemajuan dan keadilan bagi seluruh rakyatnya. Negara demikian harus menyelenggarakan pendidikan yang luas dan meliputi berbagai aspek kehidupan, baik yang bersifat ilmu pengetahuan maupun teknologi, yang menghasilkan ahli-ahli dalam teori tetapi juga pakar-pakar yang cakap dalam praktek, seperti memimpin dan mengelola pabrik. Namun di samping itu juga kuat karakternya agar tidak sekedar menjadi alat atau agen bangsa lain. Sebab saya lihat bahwa di samping orang-orang Indonesia yang mendambakan kemerdekaan bangsa seperti saya, juga ada yang suka ngolor dan berpihak Belanda. Mereka tidak keberatan dijajah Belanda asalkan dapat hidup enak sebagai belas kasihan penjajah.
Di masa penjajahan Jepang saya sekolah di Taman Siswa Yogyakarta. Di situ saya mengalami peningkatan kualitas dalam kesadaran kebangsaan. Sebelumnya rasa kebangsaan saya terutama bagaimana mengungguli orang Belanda dalam berbagai bidang. Di Taman Siswa pendidikan yang saya peroleh dari Ki Hadjar Dewantara benar-benar mencerahkan, sekalipun tidak sering terjadi karena beliau sudah banyak aktif di Jakarta. Selain itu pendidikan karakter kebangsaan dari Pak Tauhid sebagai guru Bahasa Indonesia, Pak Suwandi dan Pak Wijono sebagai Guru Sejarah, Pak Hertog sebagai Guru Ilmu Pasti dan Pak Woerjadi sebagai pimpinan pondok saya tinggal, semuanya membuat saya makin dewasa sebagai manusia. . Kalau di sekolah Belanda HBS saya mengalami pendidikan dengan peralatan yang paling modern, di Taman Dewasa Yogya saya mengalami pendidikan kejiwaan yang amat dalam. Saya menjadi lebih paham tentang kebudayaan Jawa serta penjajahan Belanda, tentang kapitalisme dan materialisme dengan dasarnya individualisme dan liberalisme, tentang komunisme dan sosialisme sebagai lawan kapitalisme, tentang keadilan sosial yang didambakan semua rakyat di dunia, dan berbagai pandangan lain yang berkembang dalam kehidupan umat manusia..
Oleh sebab itu, ketika Bung Karno pada 1 Juni 1945 mengajukan usulnya untuk menjadikan Pancasila Pandangan Hidup atau Weltanschauung bangsa Indonesia yang akan menyatakan kemerdekaannya, saya siap mendukungnya karena telah paham benar apa yang beliau inginkan, sesuai dengan semua pendidikan yang saya peroleh dari Taman Siswa serta orang tua saya. Maka menjadi lengkap impian atau keinginan saya tentang Negara Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
Saya ingin dalam Negara Republik Indonesia ada kehidupan bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Sebab saya yakin bahwa itulah kebangsaan Indonesia sebagai kepribadian bangsa yang,telah digali Bung Karno dari akar-akar kehidupan bangsa Indonesia.
Saya ingin ada kemungkinan dan kebebasan bagi setiap orang dan setiap kelompok dalam masyarakat untuk mengejar dan mewujudkan hasrat dan aspirasinya. Akan tetapi perwujudan hasrat itu harus selalu memperhatikan kepentingan masyarakat atau lingkungan yang luas. Sebagaimana dikatakan Ki Hadjar Dewantara : Kebebasan harus selalu dalam Tertib Damainya Masyarakat. Di Republik Indonesia tidak boleh ada individualisme yang mengagungkan individu menjadi nilai tertinggi, yang bebas mutlak berbuat apa maunya. Tidak ada liberalisme yang hanya mengetengahkan kebebasan tanpa disertai tanggungjawab. Dengan begitu saya bayangkan bahwa orang Indonesia, baik ia orang Jawa, orang Batak atau orang etnik lainnya maupun ia beragama Islam, Kristen atau apa saja, dapat membangun kehidupan yang maju. Dan pada ketika yang sama masyarakat Indonesia secara keseluruhan juga maju. Indonesia menjadi bangsa yang benar-benar berkembang harmonis secara keseluruhan.
Saya ingin bangsa Indonesia maju dalam kekayaan materialnya, dalam keuangan dan kebendaan. Saya ingin makin banyak orang Indonesia menjadi kaya dan makin habis kemiskinan. Akan tetapi kekayaan uang dan benda berada dalam kendali moralitas dan kewajaran hidup sehingga bukan uang dan benda yang menguasai kehidupan dan cara berpikir kita, melainkan kepatutan dan kewajaran atas dasar tenggang rasa. Saya tidak ingin di Indonesia terjadi kesenjangan lebar antara pihak kaya dan pihak miskin. Kalau ada yang miskin harus kita usahakan agar ia dapat meningkat ke orang yang tidak miskin.
Saya sadari bahwa Indonesia terdiri dari banyak etnik dan golongan serta suku bangsa. Saya menerima adanya perbedaan, tetapi perbedaan itu berada dalam kesatuan. Saya lihat bangsa Indonesia sebagai satu Keluarga Besar. Seperti dalam keluarga tidak ada anggota keluarga yang benar-benar sama satu dengan lain. Bahkan kalau ada anak kembar toh nyatanya yang kembar itu tidak sepenuhnya sama. Namun demikian dalam perbedaan yang ada antara anggota keluarga, mereka bersatu dalam kesatuan keluarga yang bersumber dari ayah dan ibu. Kehidupan keluarga yang bahagia adalah kalau terbangun harmoni antara seluruh anggota keluarga. Sekalipun ayah adalah kepala keluarga yang menjadi pencari nafkah, ia tidak dapat mengabaikan ibu dan anak-anak kalau ia ingin hidup bahagia. Sedangkan nyatanya yang dicari orang dalam kehidupan akhirnya adalah kebahagiaan. Sebab itu kesejahteraan mempunyai makna lahir dan batin yang sama pentingnya. Dalam pandangan demikian saya lihat hubungan antara segenap etnik, golongan dan suku bangsa di Indonesia. Sebab itu saya bangga sekali bahwa kita berhasil menjadikan Bahasa Indonesia bahasa nasional kita sekalipun bukan bahasanya kalangan terbanyak atau mayoritas. Andai kata bahasa Jawa sebagai bahasanya mayoritas dijadikan bahasa nasional, antara lain dengan alasan bahwa bahasa Jawa sebagai bahasa lebih berkembang dan kaya dari pada bahasa Indonesia pada tahun 1945, pasti suasana dan kondisi masyarakat Indonesia akan jauh berbeda. Akan terasa kurangnya harmoni antara etnik, suku bangsa dan golongan, dengan segala konsekuensinya.
Agar semua unsur bangsa Indonesia dapat berkembang maju secara harmonis saya pandang pentingnya peran pendidikan. Pendidikan juga penting untuk membangun semangat juang manusia Indonesia. Sebab bangsa Indonesia hidup dalam alam yang serba murah dan mudah dibandingkan dengan kehidupan bangsa yang tinggal di wilayah empat musim. Hal itu dapat membuat orang Indonesia cenderung menjadi manja dan kurang semangat juang. Kemudian menjadi rintangan dan tantangan berat untuk dapat memanfaatkan segala karunia Allah berupa kekayaan alam dan bumi untuk kesejahteraan kita. Orang Indonesia harus sama kuat semangat juangnya dengan orang Korea-Jepang-China yang selalu bergulat dengan musim dingin yang bisa kejam, dengan alam yang kurang subur tanpa kekayaan bumi yang berarti. Semua orang Indonesia dari semua etnik perlu kita bangun semangat juangnya itu.
Melalui pendidikan juga akan kita hilangkan kesenjangan yang masih ada antara daerah serta etnik yang berlainan, sehingga dengan kemampuan masing-masing yang terus berkembang semua orang, semua etnik, semua daerah makin maju dan menjadikan bangsa dan negara Indonesia juga maju. Semboyan Bhinneka Tunggal Eka merupakan sikap bangsa yang amat tepat dan harus diwujudkan.
Dari pengalaman saya dengan Belanda dan Jepang saya memandang bahwa hubungan bangsa Indonesia dengan dunia internasional penting sekali. Tepat sekali ucapan Bung Karno bahwa nasionalisme kita bersemi dalam taman sari internasionalisme. Ucapan itu kembali menunjukkan pentingnya harmoni, yaitu harmoni antara perkembangan bangsa dengan hubungannya dengan bangsa lain. Itu tegas sekali kita menunjukkan penolakan kita terhadap imperialisme dan kolonialisme. Sebab itu bangsa Indonesia harus mengembangkan kemajuan di segala aspek kehidupan agar dapat hidup bersama secara harmonis dengan bangsa-bangsa lain.. Sebab melihat kenyataan dalam umat manusia bahwa tetap berlaku kuat semboyan The Survival of the Fittest, maka dalam kehidupan umat manusia bangsa kuat cenderung berusaha menguasai yang kurang kuat dan kurang mampu. Itulah kolonialisme dan imperialisme , dan telah kita lihat bahwa itu hanya dapat diatasi kalau bangsa Indonesia kuat dan mampu mengimbangi kemajuan dan kesejahteraan bangsa-bangsa lain, khususnya bangsa yang terkuat dan termaju. Dalam posisi demikian Indonesia dapat bekerja sama secara harmonis dengan bangsa-bangsa lain. Dan karena dihargai bangsa-bangsa lain Indonesia malahan dapat menjalankan peran untuk menjadikan kehidupan antara bangsa-bangsa makin harmonis dan tidak ada dominasi satu atau beberapa bangsa atas bangsa-bangsa lain.
Dalam kerjasama antara bangsa-bangsa saya lihat pentingnya kemampuan olahraga, seperti kita lihat dalam Olympiade dan berbagai pertandingan internasional lainnya. Saya ingin bangsa Indonesia menjadi bangsa olahragawan yang andal sehingga setiap 4 tahun menjadi peserta Olympiade .. Mempunyai tim sepakbola yang sanggup bertanding dengan hasil baik dan selalu menjadi peserta Piala Dunia.. Mempunyai atlit-atlit atletik dengan pelari-pelari dan pelompat yang tidak kalah dari pelari Jamaica dan pelompat Amerika. Mempunyai atlit renang yang secara andal bersaing dengan perenang-perenang Australia dan lainnya. Dan tim bulutangkis yang selalu jadi juara dunia sepertti di masa Rudy Hartono dan Susy Susanti. Bangsa Indonesia sebagai bangsa olahraga selalu dipandang tinggi dalam lingkungan internasional. Olahraga juga menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa yang efektif serta memberikan suasana gembira pada rakyat seluruhnya. Melalui kegiatan olahraga yang teratur bangsa Indonesia akan menjadi lebih kuat jasmani dan rohaninya.
Akan tetapi juga saya lihat bahwa untuk hidup bersama bangsa lain yang harmonis bangsa Indonesia tidak cukup mengembangkan kemajuan dan kesejahteraan lahir dan batin. Di samping itu bangsa Indonesia harus juga mampu membela dan mengamankan kemerdekaan dan kedaulatannya secara fisik. Untuk itu Indonesia perlu mempunyai kekuatan pertahanan, kekuatan militer yang andal, dan meliputi kekuatan di darat, laut dan udara yang seimbang. Ini diperlukan untuk mengamankan Benua Maritim kita yang luasnya tidak kalah dari benua Eropa, terdiri dari daratan yang luas di pulau-pulau besar, lautan yang luas pula di antara dan mengelilingi pulau-pulau itu, serta angkasa yang terbentang luas di atas seluruh Benua Maritim itu. Kita memerlukan satu kekuatan militer dengan tingkat professional yang tinggi, dilengkapi senjata dan peralatan yang mutahir serta selalu dalam kondisi terlatih dan siap. Kekuatan militer yang tidak kalah dari militer bangsa lain dan selalu dekat dan membela kepentingan rakyat. Sebagai pejuang yang memegang teguh Ideologi Pancasila kekuatan pertahanan itu sadar dan yakin tentang apa yang diperjuangkannya . Saya sadar bahwa membangun dan memelihara kekuatan pertahanan demikian tidak murah. Akan tetapi saya yakin bahwa dengan pengelolaan bermutu atas segenap kekayaan bumi dan alam Indonesia bangsa kita dapat memupuk kekayaan yang memungkinkan kita membangun dan memelihara kekuatan pertahanan yang diperlukan.
Saya juga ingin ada organisasi kepolisian dan aparat hukum lainnya yang berfungsi efektif untuk menghadapi berbagai masalah keamanan dan pelanggaran hukum secara adil dan merata di seluruh bangsa. Dengan begitu kita dapat tegakkan dan pelihara kehidupan bangsa yang benar-benar tata tentrem karta rahardja sebagaimana petuah para leluhur kita.
Di atas ini semua saya ingin agar kehidupan bangsa Indonesia selalu dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan yang menjunjung tinggi etika dan moralitas.
Saya yakin bahwa Indonesia yang saya inginkan itu akan dapat menghasilkan Peradaban Indonesia yang amat bermanfaat bagi perkembangan umat manusia dan akan selalu tercatat dengan tinta emas dalam sejarah bangsa-bangsa di dunia.
Segala impian atau keinginan ini selalu kuat dalam pikiran dan perasaan saya hingga kini. Namun saya harus menerima kenyataan bahwa impian ini masih jauh, jauh sekali, dari kenyataan yang ada. Sebab itu sekalipun sudah tergolong lansia, buat saya Perjuangan Belum Selesai !
Jakarta, 7 Mei 2020
Sayidiman Suryohadiprojo
[1] Sebenarnya kata Belanda “inlander” secara harfiah tidak merendahkan karena artinya adalah orang yang berasal dari lingkungan itu, yaitu pribumi. Akan tetapi karena disertai konotasi mermbedakan yang merendahkan maka kata inlander sukar kita terima dalam masa penjajahan Belanda.
No comments yet.