Buat orang yang umur 93 tahun mengalami gangguan Covid-19 adalah benar2 satu musibah. Selain harus merasakan berbagai kekurangan yang dibawa oleh bertambahnya umur, seperti berkurangnya pendengaran, sakitnya lutut dan lainnya, sekarang juga harus waspada terhadap berbagai kemungkinan gangguan yang disebabkan merajalelanya virus itu terhadap kondisi badan.
Keharusan melakukan isolasi social atau social distancing menimbulkan hal-hal baru yang harus dialami. Yang menonjol adalah keharusan untuk tinggal di rumah. Sekalipun sebelum ada masalah covid-19 saya sudah jarang pergi, tetapi sekarang ada hal baru. Anak dan cucu dan buyut tidak bisa datang untuk diajak omong2. Terasa sekali perubahan ini yang tak pernah terpikir sebelumnya.
Akibatnya adalah Hidup Untuk Diri Sendiri. Ini membawa kita banyak berbicara dengan diri sendiri. Maka kita menjadi banyak termenung tentang Masa Lampau. Teringat hal2 di masa itu yang menjadi terpikir yang tak akan terjadi bila tidak ada Isolasi. Merasa senang bila bisa hubungan dengan Teman Masa Lampau. Kalau kita terima WA dari mereka senang rasanya. Juga kalau kita WA dan ia menjawab. Turut dalam berbagai Grup WA tidak terasa banyak manfaat. Sebab kalangan muda lebih senang mengeluarkan kritik terhadap pihak lain dan pimpinan. Sedangkan kita merasa hal itu tak banyak manfaatnya karena kita sudah tidak dapat melakukan hal yang penting karena umur dan tak dalam posisi untuk lakukan itu. Jadi paling2 hanya mengikuti diskusi yang terjadi dalam Grup WA untuk mengisi waktu.
Yang jelas adalah bahwa kondisi Isolasi membawa Rasa Pasrah dan Ikhlas. Makin sadar akan Kekuasaan Tuhan dan bahwa segalanya akhirnya di TanganNya. Dan karena umur terus bertambah menjadi bertanya seberapa lama Tuhan masih memberi peluang Hidup. Karena saya di masa muda olahragawan, maka dalam Isolasi pun tak berhenti bergerak badan, sekalipun sudah amat sederhana Jalan putar2 di dalam rumah dengan diikuti Stretching. Andai kata ada kolam renang tentu juga berenang . Akan tetapi tidak beruntung punya kolam renang di rumah. Kegemaran Membaca di Masa Muda tidak bisa dilayani karena Mata sudah tidak sekuat dahulu. Kegemaran Menulis pun menjadi sangat berkurang karena tidak yakin pimpinan Redaksi Surat Kabar cocok dengan pikiran Orang Tua. Dalam kondisi demikian teman dekat kita adalah HP kita yang memberi kita Informasi tentang Dunia Luar dan memberi peluang berkomunikasi dengan orang2 di luar rumah. Televisi juga berperan penting untuk memperoleh berita.
Tapi tak ada gunanya berspekulasi kapan Covid-19 akan berakhir di Indonesia, sebab semua prediksi termasuk yang sok ilmiah akhirnya bersifat spekulasi. Tentu tak pernah abaikan Doa mohon Tuhan agar Covid 19 segera selesai. Tetapi kalau keadaan makin runyam karena covid-19 atau hal lain, yah kita pasrah saja dan menunggu apa yang dikehendaki Tuhan Yang Maha Kuasa. Termasuk seberapa lama kita masih ada di Alam ini.
Jakarta, 5 Mei 2020
Sayidiman Suryohadiprojo
No comments yet.